60

145 11 0
                                    

"Liora sayang, bunga Rosemary ini, adalah bunga kesukaan ibumu Arabella. Mau nenek ceritakan?" ucap Dimitrich.

***
Liora tentu sangat senang serta antusias apapun itu saat mendengar kisah kehidupan ibu kandungnya.

Liora mengangguk bersemangat.

Dimitrich mulai menceritakan secara perlahan.

"Bella suka dengan mawar saat usianya mencapai 16 tahun. Saat itu aku membawanya pergi ke arah toko bunga di pusat kota Edwards. Dia sangat bersinar saat melihat bunga mawar merah yang seperti darah. Bella memintaku untuk membelinya, aku pun menyetujuinya. Kami membawa pulang bunga itu ke istana." Ucap Dimitrich.

Liora mengangguk mengerti, tapi kenapa ibunya sangat menyukai mawar. Apa yang indah dari itu?

"Aku bertanya kepada Bella, kenapa kamu sangat menyukai mawar tersebut?" Ucap Dimitrich.

"Ah.. Soal itu, karena bunga mawar indah diluar saja, mereka tidak akan mengetahui bahwa tangkainya terdapat duri yang kecil dan tipis. Itu seperti menggambarkan kepribadian seseorang ibu. Aku sangat menyukainya. Mawar memang cantik, tapi lihatlah. Mawar bisa menusukmu terlalu dalam jika salah memegangnya." Ucap Arabella.

Dimitrich terkejut mendengar penjelasan dari Arabella. Dia sedikit tersenyum dan mengusap lembut rambut Arabella.

"Putriku memang sudah besar. Kau sangat hati hati dalam mengambil keputusan anakku. Ibu bangga padamu." Ucap Dimitrich.

Liora melihat ekspresi Dimitrich yang tersenyum dan sedikit sedih mungkin? Dia memandang kearah bunga Rosemary kesukaan Arabella.

Liora tiba tiba memeluk lembut Dimitrich dari samping. Dimitrich merasa sedikit terkejut.

Tetapi setelah itu, dia membalas pelukan Liora dengan hangat. Liora mengingatkannya sedikit pada putrinya Arabella. Dimitrich sedikit menangis dan Liora menyadari itu.

Liora memilih untuk menenangkan Dimitrich.

"Nenek, ibu akan baik baik saja. Bukankah ayah pernah bilang, bahwa ibuku seorang wanita yang cerdas dan kuat. Jadi nenek, jangan menangis. Itu akan membuat ku ikut merasa sedih." Ucap Liora.

Dimitrich tertawa pelan dan mengusap rambut Liora. Liora dari cara bicara dan sikapnya semuanya seperti Arabella.

Tanpa mereka sadari, seseorang melihat mereka berdua sambil mengepalkan tangan. Seseorang tersebut juga ikut hampir menangis sama seperti mereka.

Seseorang tersebut adalah Kirito.

Kirito memilih pergi meninggalkan taman dengan perasaan campur aduk yang ia rasakan.

Walaupun Kirito bukanlah kakak yang bisa menjadi contoh untuk Arabella. Tetapi dia juga kadang merindukan sosok adiknya itu.

***
Setelah bersedih atas kehilangan ibunya bersama Dimitrich. Liora membaringkan tubuhnya di kasur. Dia menatap langit kamarnya.

"Besok sudah hari debutku, apa aku bisa sedikit berharap? Jika ibu mendatangiku hanya sebentar saja." Ucap Liora.

Dia memiringkan tubuhnya menghadap jendela kamar, berharap bisa bermimpi tentang ibunya. Memejamkan mata perlahan.

Liora merasa ada sesuatu yang menyentuh kulitnya, tangan yang lembut dan sedikit besar? Liora memilih untuk tetap tertidur.

Tetapi sayangnya, tangan tersebut meraba tubuh Liora dengan lembut kembali. Dan saat Liora membuka mata, dia terkejut bahwa Samir sudah berada di sisi Liora sambil menatap Liora dengan lembut dan tersenyum.

*
Hai guys dgn Lolla disini sbg author. Mohon maaf jika jadwal up nya gk tertentu. Karena emng jadwalnya padat bgt. In real life, aku bener2 banyak tugas bgt. Pulang kdang itu malem, smpek rumah otomatis capek. Jdi lngsung tidur biasanya. Ini aku lanjutin cerita pas lagi senggang aja.

But thank u for waiting in my story. Ya aku juga kepikiran sih guys, ini crita gk tamat2 wkwk. Makanya aku ngebut bgt ini+nulis kalo ada waktu

Vienna Academy : The Princess ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang