44°C

43 7 0
                                    

Hwanwoong membuka pintu ruangan CCTV yang terletak di lantai 6. Seharusnya tidak ada orang di dalam ruangan tersebut, tapi keberadaan Leedo membuat jantung Hwanwoong nyaris copot.

"Kkamjjakiya. Yeogieseo mwohae?" tanya Hwanwoong sambil memegangi dadanya.

Leedo berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Hwanwoong. Ia menutup pintu ruangan tersebut dengan tatapan mata tak lepas dari bola mata Hwanwoong.

"Imma help you," jawab Leedo.

"Hah? Bantu apaan?" tanya Hwanwoong.

"Jangan pura-pura bego. Gue tahu soal fakta dibalik video Yena," jawab Leedo sembari kembali berjalan menuju kursinya.

Leedo menarik sebuah kursi untuk Hwanwoong.

"Take a seat," suruh Leedo.

Hwanwoong perlahan mendudukkan tubuhnya di kursi tersebut. Raut wajahnya masih menunjukkan wajah kebingungan.

"Lo lagi sakit, ya?" tanya Hwanwoong.

"Gak," jawab Leedo ketus.

"Terus, kenapa tiba-tiba mau bantuin gue?" tanya Hwanwoong lagi.

"Ya biar bukti-bukti Chaerin yang nyebarin video palsu itu cepetan kekumpul," jawab Leedo. "Emang lo mau Yena dikeluarin dari sekolah padahal dia enggak salah?"

"Tunggu, lo tahu gue kesini untuk nyari bukti CCTV?" Hwanwoong semakin heran.

"Ya terus lo di ruangan ini ngapain kalau bukan buat nyari bukti kamera pengawas? Bakar sate?" balas Leedo.

Hwanwoong mendengus panjang. "Gue enggak percaya."

"Maksudnya?"

"Ini bukan rencana usil lo ke Yena, kan? Apa lo emang mau usilin dia lagi?" tuduh Hwanwoong.

"Ya ampun, Woong. Gue udah tobat. Gue kesini karena Seoho yang suruh," elak Leedo.

"Seoho? Kenapa?" tanya Hwanwoong, dahinya mengerut.

"Ya... supaya gue bisa nemuin Yena dan minta maaf sama dia," jawab Leedo.

"Enggak, maksud gue kenapa Seoho nyuruh lo bantuin gue?" ulang Hwanwoong.

"Karena Seoho enggak ngebolehin gue ketemu Yena karena sikap kurang ajar gue ke dia. Jadi, Seoho bakalan bolehin gue ketemu Yena kalau gue bantuin lo cari bukti-bukti buat ngebales Chaerin," jelas Leedo.

Hwanwoong membungkam mulutnya. Tangannya bergerak mengetik diatas keyboard sambil matanya melirik ke kanan dan ke kiri.

"Percaya lo sekarang?" tanya Leedo.

"I don't know, Do. Setelah yang lo lakuin ke Yena selama ini cuma karena Yena nolak lo, gue agak ragu ngebolehin lo bantuin gue," jawab Hwanwoong tanpa menoleh.

"Ayolah, Woong... Gue minta maaf sama semua kelakuan gue. Gue tahu gue kekanak-kanakan. Makanya gue mau minta maaf sama Yena. Jadi, bolehin gue bantu lo, ya? Gue beneran enggak mau jahatin dia lagi, Woong," mohon Leedo.

Mendengar permohonan Leedo yang tampak bersungguh-sungguh itu, Hwanwoong akhirnya menyerah. Ia berdiri dari kursinya dan menghadap Leedo.

"Go ahead," suruhnya.

Senyum Leedo mengembang. "Beneran?"

"Oh, gak mau ketemu Yena?" Hwanwoong memiringkan kepalanya.

"Eh... enggak enggak, mau lah!" Leedo dengan cepat melesat duduk di kursi yang tadi Hwanwoong duduki. Jari-jemarinya mulai bergerak di atas keyboard sambil sesekali mengeklik mouse hitam di sebelah kanan.

Ice Cube Lover || ONEUS RAVNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang