19°C

66 9 1
                                    

Keesokan harinya, Yena berdiri berhimpitan dengan murid-murid lainnya yang baru datang ke sekolah di lift utama SMA.

Yena menyumpali telinganya dengan earphonenya untuk mengusir keheningan. Pagi-pagi memang saat yang tepat untuk mendengarkan alunan piano klasik. Selain untuk mengusir keheningan, musik klasik itu bisa menenangkan pikiran Yena hingga bisa siap untuk belajar.

Lift berhenti di lantai 3. Yena mengernyit. Tak biasanya lift berhenti di lantai tersebut. 

Pintu lift terbuka dan menampilkan Ravn yang berdiri di depan lift dengan jaket hitam membalut tubuhnya. Nampaknya laki-laki itu datang dari lobby depan sekolah, sehingga ia harus naik lift dari lantai 3.

Lah, kok ini orang udah masuk? pikir Yena.

Ravn melenggang masuk ke lift lalu menyingkirkan orang yang berdiri di samping Yena dan ia berdiri di samping gadis itu.

Yena melepas earphonenya dan menatap Ravn heran.

"Kok kakak udah masuk?" bisik Yena.

Ravn diam. Sepertinya sifat es batunya sudah kembali.

Yena mendengus. Ia memilih untuk mengacuhkan Ravn juga sampai lift berhenti di lantai 6.

"Aku duluan, Kak," pamit Yena.

Ravn bersandar di lift tersebut. Menatap tubuh Yena yang ikut keluar lift bersama dengan adik kelasnya yang lain.

Ravn tersenyum. Ia bersyukur demamnya hilang dengan segera setelah Yena memaksanya meminum obat tablet. Jadi, ia bisa masuk sekolah dan bertemu adik kelasnya itu di sekolah.
________________________________________________________________________________

"Adik-adik semua, saya berterima kasih karena kalian sudah mengerjakan semua tugas yang kami berikan dengan baik."

Semua sorot mata menatap Ravn yang tengah berbicara di tengah lapangan, di bawah teriknya sinar matahari.

Semua anggota ekskur PASKIBRA nampak antusias menyimak kalimat demi kalimat yang Ravn ucapkan, kecuali Yena. Gadis itu malah sibuk memikirkan apakah Ravn benar-benar sakit kemarin. Cukup aneh rasanya jika kemarin demam dan sekarang sudah sembuh segar bugar seperti sedia kala.

Jangan-jangan dia modus doang, pikir Yena curiga.

"Hari ini kita akan masuk ke materi. Kalian semua akan kami minta untuk mengikuti setiap gerakan PBB yang akan kami ajarkan siang hari ini. Kalau perlu, selama penjelasan kalian catat di buku catatan kalian. Supaya pas ujian praktek kalian ingat," ujar Ravn.

"Oke. Sekarang kalian baris. Satu baris isinya 5 orang. Saya kasih waktu 10 detik. Dimulai dari sekarang!" perintah Ravn.

Seluruh siswa-siswi langsung berhamburan seperti semut keluar dari sarangnya. Begitu juga Yena dan ketiga temannya. Dengan wajah panik, mereka segera membentuk barisan di sebelah teman-teman mereka yang sudah terlebih dahulu berbaris.

"Kita berempat aja," ujar Yesoo.

"Satu lagi siapa?" tanya Saemi.

"Siapa ajalah yang enggak dapat kelompok," jawab Yeona.

"Dia aja, tuh! Kayaknya belum dapet," usul Yena.

Yesoo mengedarkan pandangannya dan mendapati seorang siswi nampak kebingungan.

"Hah, dia?" tanya Yesoo.

"Kenapa, Soo?" tanya Yena.

"Udahlah, Soo. Daripada kena omel," ujar Saemi.

Ice Cube Lover || ONEUS RAVNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang