31°C

49 7 0
                                    

Suasan mobil Ravn malam hari itu sangat hening. Hanya suara klakson mobil dan motor di luar yang terkadang memecah keheningan. Ravn hanya fokus ke jalanan di depannya, tak sekalipun menoleh ke gadis yang duduk di kursi penumpang di sebelah kirinya.

"Rav, gue boleh nyalain radionya, ya," ujar gadis itu, Hayoung.

"Sepi soalnya. Biar ada lagu-lagu sedikit," sambungnya.

Tangan Hayoung terulur ke radio mobil Ravn. Belum sempat dirinya memencet tombol untuk menyalakan radio, Ravn menepis tangan Hayoung.

"Aduh, kenapa sih, Rav?" tanya Hayoung kaget.

Ravn menutup mulutnya rapat-rapat. Seperti tidak ingin menjawab pertanyaan Hayoung barusan.

"Lo enggak suka nyalain musik di mobil, ya?" tanya Hayoung.

Gadis itu menyenderkan punggungnya dan menghela nafas panjang.

"Makasih sekali lagi, Rav, udah nolongin gue. Gue enggak tahu bakalan gimana nasib gue kalau lo cuekin gue pas gue minta tolong tadi," ujar Hayoung.

"Tapi, gue penasaran. Lo lagi dimana pas gue nelepon lo tadi? Ramai banget. Lagi diluar, ya?" tanya Hayoung.

Ravn membungkam mulutnya. Ia tidak tertarik mengobrol dengan Hayoung sama sekali.

"Maaf kalau gue merusak malam lo. Cuma lo satu-satunya yang ada di otak gue pas dia tiba-tiba dateng," ujar Hayoung lagi.

Kemudian suasana mobil kembali hening. Hayoung sibuk menatap keluar jendela sementara Ravn sibuk mengkhawatirkan Yena yang ia tinggal di pasar malam itu.

Seoho udah nemuin Yena apa belum ya? pikir Ravn.

"Rav, kita boleh mampir ke kedai itu sebentar, gak? Gue mau beli makan malam. Di rumah paling Mama udah tidur jam segini," pinta Hayoung.

Ravn dengan segera menepikian mobilnya. Saat Hayoung hendak keluar dari mobil, Ravn malah tak membuka kuncinya. Hayoung mengernyit bingung karena Ravn malah mematung di kursi kemudi dengan tatapan mata yang tidak bisa Hayoung artikan.

"Rav, kuncinya," ucap Hayoung.

Ravn menoleh ke arah Hayoung dengan tatapan tajam.

"Maksud lo apa, Young?" tanya Ravn.

Wajah Hayoung berubah panik.

"Maksudnya?"

"Lo sengaja ngerencanain ini, kan?" tuduh Ravn.

"Ngerencanain apa?" tanya Hayoung.

"Lo sengaja ketemu sama cowok itu supaya lo bisa bikin gue panik dan cepet-cepet jemput lo, kan?" balas Ravn.

"Rav! Kok bisa-bisanya lo mikir begitu, sih? Kan gue udah jelasin tadi, gue enggak sengaja ketemu dia pas gue lagi beliin barang-barang adik gue!" elak Hayoung.

Ravn mendengus panjang.

"Terus, kenapa nelepon gue?" tanya Ravn.

"Ya, terus gue harus nelepon siapa?" balas Hayoung.

"Young, lo dulu ninggalin gue karena dia," ujar Ravn. "Cuma karena gue bilang ke lo kalau gue enggak punya keluarga. Terus sekarang lo nelepon gue cuma karena lo ketemu sama dia."

"Gak usah ingat-ingat masa lalu, Rav," suruh Hayoung.

"Enggak usah kata lo? Lo tahu apa yang udah lo lakuin sama cowok itu, gak?" tanya Ravn dengan mata memerah.

Ravn sangat-sangat sakit hati. Rasanya luka itu belum sembuh sempurna dari hatinya. Setiap melihat Hayoung, hanya kenangan buruk itulah yang bisa ia ingat.

Ice Cube Lover || ONEUS RAVNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang