Yena dengan jengkel menatap sebuah kertas putih yang ia pegang di atas meja di kelasnya. Beberapa murid sudah pergi keluar kelas untuk membeli makanan karena bel istirahat sudah berbunyi 3 menit yang lalu.
Akan tetapi, Yena masih belum beranjak dari kursinya. Ia malah melipat asal kertas tersebut dan memasukkannya ke kolong mejanya. Dengan perasaan kesal, ia menidurkan kepalanya diatas kedua tangannya yang ia jadikan bantalan.
Ulangan pertama gue, nilai jelek pertama gue, pikirnya.
Yena menghela nafas panjang. Apa yang akan orang tuanya katakan pada dirinya nanti setelah melihat nilai ulangannya itu? Ah, lebih baik tidak usah ia beritahu.
Suara pintu kelas yang diketuk sontak membuat Yena kaget. Dengan cepat gadis itu menegapkan tubuhnya.
"Hai, Na. Gue kira gue salah orang."
Yena tersenyum kaku. Leedo datang ke kelas gadis itu, sendirian, dengan sebuah kotak cokelat di kedua tangannya. Leedo menarik kursi di depan Yena dan duduk menghadap gadis itu.
"Halo, Kak. Ada apa?" tanya Yena.
Leedo tersenyum tipis.
"Gue nungguin lo di kantin," jawab Leedo. "Karena lo enggak ada, gue jadi nyariin. Taunya disini."
Yena mengangguk mengerti.
"Gue bawa ini. Enggak tahu lo suka apa enggak," ujar Leedo.
"Apa lagi, Kak?" tanya Yena tidak enak.
"Buka aja," suruh Leedo.
"Kakak jangan sering-sering kasih aku kayak begini," pinta Yena.
"Hm? Wae?" tanya Leedo sedikit kaget mendengar pernyataan adik kelasnya itu.
"Aku enggak enak. Kakak udah terlalu sering kasih aku beginian," jawab Yena jujur.
"Kirain. Udah dibuka dulu. Cepat," balas Leedo.
Yena menuruti perintah Leedo. Ia membuka pita merah yang terikat di tutup kotak tersebut lalu membuka tutupnya. Alangkah terkejutnya ia saat melihat gelang berwarna emas dengan bandulan berbentuk buah ceri kecil terpampang di dalam kotak tersebut.
"Kak? Ini apa?" tanya Yena kaget.
Leedo meletakkan kotak satunya yang ia bawa di tangan kirinya. Kotak tersebut juga berisi gelang. Bedanya gelang itu terlihat lebih simple karena tak ada bandulan apapun dan berwarna hitam.
"Biar kembar sama gue," ujar Leedo. "Kembar gak serupa tapi."
Yena menatap Leedo khawatir. Bukan ini yang Yena harapkan. Ia merutuki dirinya sendiri saat itu juga. Apakah rumor bahwa Leedo menyukainya itu benar? Kalau iya, Yena benar-benar berada dalam masalah.
"K-kak... kayaknya ini berlebihan. Aku enggak bisa terima," ucap Yena terbata-bata.
"Yah, kenapa? Gue beli ini hari Sabtu kemarin, mau kasih hari Senin tapi ternyata lo udah sibuk wawancara jadi enggak sempat," ujar Leedo.
"Kak, aku kali ini benar-benar enggak bisa terima," kata Yena.
"Kenapa, Na? Lo enggak suka bandulannya? Lebay, ya?" tanya Leedo menebak-nebak.
"Bu-bukan...," elak Yena lirih.
"Terus? Kenapa?" tanya Leedo lagi.
Duh, gimana gue bisa tahu ni kakel beneran suka sama gue apa enggak? Siapa tahu dia mau kasih ini karena hal lain? Nanti gue kepe-dean kalau ngira dia naksir gue, pikir Yena.
"Na? Malah bengong," tegur Leedo.
Yena menutup kotak tersebut dan tersenyum tipis.
"Maaf, Kak. Aku enggak bisa terima," ujar Yena tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cube Lover || ONEUS RAVN
FanficYena tidak pernah berpikir dirinya akan jatuh hati pada seorang kakak kelas super dingin dan misterius bernama Ravn. Dibalik sikap dingin Ravn, ternyata laki-laki itu memiliki masa lalu yang cukup kelam. Mampukah Yena meluluhkan hati Ravn? Apakah Ye...