30°C

56 8 0
                                    

"Yena, kita bener-bener minta maaf soal kejadian Sabtu waktu itu, ya." Chaerin menghadap Yena dengan wajah memelas.

Yena lagi-lagi mendapatkan pesan dari Chaerin, setelah ia mendapatkan pesan dari kakak kelasnya itu untuk menemuinya di taman tempat pesta kelas 12 dilaksanakan, kini Yena mendapatkan pesan untuk menemui Chaerin di kamar mandi siswi.

"Iya, Na. Kita ngaku kita salah. Kita selama ini udah jahat banget sama lo," sahut Hayoung.

"Kita enggak akan ngejahatin lo lagi, Na. Kita minta maaf banget, ya," ujar Chaerin.

Yena terdiam. Jujur saja lidahnya terlalu kelu untuk berkata-kata. Sakit hatinya tak terasa mereda bahkan saat kedua kakak kelasnya itu sudah memohon untuk dimaafkan.

Emangnya segampang itu maafin orang yang udah kurang ajar sama gue? pikir Yena kesal.

"Kita emang awalnya enggak suka sama lo karena Leedo dan Ravn dekat sama lo. Tapi setelah dipikir-pikir, kita aja udah bukan siapa-siapa mereka, kenapa kita kesal sama lo? Lagipula selama ini lo enggak salah, Na. Kita yang kurang terbuka pikirannya," jelas Chaerin.

"Maafin kita, ya, Na. Kita bisa temenan. Gak ada lagi jahil-jahilin elo," sambung Hayoung.

Temenan sama modelan kayak mereka? Apa gak hidup gue makin kayak neraka? tanya Yena pada dirinya sendiri di dalam hati.

"Na? Kok diam aja, sih? Dimaafin, enggak?" tanya Hayoung.

Yena menghela nafas panjang dan mengangguk pelan.

"Beneran, nih, Na?" tanya Chaerin dengan wajah sumringah.

"Iya, Kak...," jawab Yena lemas.

"Asik! Akhirnya kita punya temen baru, Young. Yaudah, Na. Makasih karena lo udah kasih kita kesempatan untuk berubah," ujar Chaerin senang.

Berubah? Jadi Power Ranger gitu? pikir Yena. Ah, gue masih enggak sudi mereka dengan entengnya minta maaf kayak gini. Tapi, gue bisa apa?

"Thank you, Na. Maaf udah ambil jam istirahat lo. Lo bisa balik ke kelas sekarang," kata Hayoung.

Yena tersenyum tipis lalu membungkukkan badannya dan berlalu dari kedua kakak kelasnya.

Hayoung bersender di tembok kamar mandi, di depannya Chaerin menatap pantulan dirinya di cermin dan merapikan rambutnya.

"What a bitch," ketus Chaerin.

"Lo lihat gak sih muka dia tadi? Kayak judes judes najis gitu. Begayaan banget jadi bocah," sambungnya.

"Namanya juga orang gatau diri, Rin. Sampai kapan pun itu cewek bakalan sok-sokan," sahut Hayoung.

"God damn it I hate her," rutuk Chaerin.

"Kita udah melas-melas minta maaf malah dia sok-sok irit bicara. Maunya apaan, sih?" tanya Chaerin menggebu-gebu.

"Sabar, Rin. Ini satu-satunya cara supaya benar-benar bisa ngejatuhin dia," ujar Hayoung.

Chaerin membasuh tangannya di washtafel kamar mandi dan memutar kedua bola matanya.

"Ya. Gue enggak akan biarin dia tenang di sekolah ini. Dia duluan yang mulai semua ini, dia juga yang harus akhirin."
________________________________________________________________________________

Yena keluar dari ruang rapat dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Gadis itu melirik jam digital yang terpasang di depan ruangan rapat. Jam menunjukkan pukul setengah 5 sore. Yena menghela nafas lelah. Semakin lama tugas kepanitiaannya semakin menumpuk. Mencari konsep acara, mencari artis, menyusun run down, dan lain sebagainya. Bahkan untuk mengerjakan tugas sekolahnya saja Yena harus sampai begadang-gadang.

Ice Cube Lover || ONEUS RAVNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang