“Assalamu'alaikum," ujar seseorang dari luar.
"Wa'alaikumussalam." Harun berjalan membuka pintu rumahnya.
"Sudah datang? Ayo masuk, Fizh" titah Harun.
Kali ini sudah dapat dipastikan bahwa seseorang yang tadi mengetuk pintu rumah dan yang menjadi tamunya adalah Gus Hafizh.
Lalu Gus Hafizh masuk kedalam rumah milik Harun setelah mendapatkan izin darinya. Ia mengambil posisi duduk di sebuah sofa yang berada di ruang tamu.
"Saya tinggal sebentar, ya," ucap Harun.
Gus Hafizh mengangguk kecil. "Baik, Om," jawabnya.Harun pergi meninggalkan Gus Hafizh seorang diri diruang tamu. Ia hendak memanggil Salimah dan memberitahu bahwa mereka sedang kedatangan tamu.
Hari ini Harun tidak bekerja dikarenakan sedang mengambil cuti di perusahaan miliknya. Harun hanya berdua dirumah dengan istrinya. Kemana Khadijah? Inikan siang, sudah pasti Khadijah belum sampai dirumahnya setelah selesai kuliah.
Tidak membutuhkan waktu yang lama. Kini Harun dan salimah sudah datang menemui Gus Hafizh di ruang tamu dengan membawa minuman dan cemilan didalam sebuah nampan.
"Silahkan diminum, Hafizh," ucap Salimah.
"Iya, terimakasih, Bu." Lalu Gus Hafizh menyeruput tenah hangat buatan calon ibu mertuanya.
"Saya kira kamu tidak jadi datang kemari, Nak," ucap Harun yang sempat mengira bahwa Hafizh tidak jadi datang.
"Maaf ya, udah membuat kalian menunggu lama. Tadi Hafizh ada urusan sebentar di pesantren," jelasnya.
Harun dan Salimah hanya mampu tersenyum kepada Gus Hafizh setelah mendengar penjelasan yang diberikan langsung oleh dirinya kepada mereka.
"Hafizh udah mengetahui adanya perjodohan Hafizh dengan Khadijah. Hafizh setuju, tapi apakah Khadijah juga setuju dengan perjodohan ini?" Gu Hafizh bertanya dengan pelan pada orang tua Khadijah.
"Khadijah pasti akan setuju menikah dengan mu, Nak. Dan kami percaya bahwa kamu bisa membimbing putri kami untuk menjadi lebih baik lagi," jawab Harun.
"Baiklah. Besok Hafizh akan datang bersama dengan Umi dan Abi setelah selesai mengajar dipondok." Harun dan Salimah mengangguk pelan.
"Kalo bisa saya minta Khadijah ada bersama kita saat sedang membicarakan soal perjodohan ini. Tapi, jika Khadijah memiliki kesibukan lain mengenai belajarnya, maka biarkanlah dia menyelesaikan itu. Kita masih bisa bahas bersama tanpa adanya Khadijah," tutur Gus Hafizh.
"Insya Allah nanti akan kami sampaikan kepada Khadijah ya, Nak," jawab Salimah.
°°°°°
Tita menghampiri khadijah yang sedang duduk dibangku seorang diri didalam kelas. Tadi Tita meminta Khadijah untuk menunggunya di dalam ruang kelas dan menunggunya sampai ia kembali.
"Assalamu'alaikum, Ukhti. Ayo kita pulang, lo mau sampe jamuran disini?"
"Wa'alaikumussalam," jawab Khadijah. "Lo duluan aja, Ta. Gue mau ketemuan sama temen asrama gue dulu.
"Rizka?" Tanya Tita. Khadijah mengangguk memberi jawaban kepada Tita.
"Yaudah gue duluan. Lo hati-hati ya," ucap Tita.
Setelah Tita pergi meninggalkan ruang kelas tersebut, Khadijah juga pergi menemui Rizka di fakultas sebrang sana. Rizka adalah sahabat Khadijah sejak mereka di pesantren Darratul Islam. Rizka juga salah satu teman sekamar Khadijah dulu saat di asrama.
"Maaf ya Rizka, pasti kamu sudah nunggu lama," ucap Khadijah.
"Formal banget bahasa lo. Ayolah, kita lagi nggak di pesantren loh, Ijah."
"Hehe... Maaf. Lo mau ngajak gue kemana, Ka?" Tanya Khadijah.
"Kita ke cafe deket kampus sini aja ya. Gue pengen makan bareng," jawab Rizka.
Lalu mereka berdua segera berjalan ke arah parkiran untuk mengambil mobil milik Rizka. Sejak kuliah, Rizka di perbolehkan oleh orang tuanya untuk membawa mobil dikarenakan jarak dari rumah ke kampusnya cukup jauh.
Kini mereka berdua sudah berada di cafe yang tidak jauh dari kampusnya. Namun Rizka melihat seorang pria yang ia kenal.
"Jah, coba lo liat kebelakang. Itu bukannya Gus Hafizh ya?"
Kemudian Khadijah langsung memutar tubuhnya kebalakang. Dan benar saja apa yang dikatakan oleh Tita bahwa orang yang berada di belakangnya kini adalah Gus Hafizh.
"Kenapa pake ada Gus Hafizh sih? Gimana coba kalo dia liat gue? Gue takut dimarahi lagi meskipun gue udah lulus dari pesantren," batin Khadijah.
"Dia ngapain coba makan jauh-jauh sampe sini? Padalan didaerah pesantren kan juga banyak tempat makan," ujar Tita sambil menyeruput jus jeruknya.
"Mungkin dia ada urusan disini, Ka," balas Khadijah. "Kita itu nggak boleh suudzon."
"Pulang aja yuk, gue yakin lo juga males kan?" Tanya Tita.
Khadijah tersenyum. "Boleh. Lo tau aja sih apa yang ada dipikiran gue," ucapnya dengan kekehan kecil.
Mereka segera keluar dari cafe tersebut. Namun, kedua bola mata Gus Hafizh sempat melihat punggung milik mereka berdua. Bahkan ia sempat bargumam bahwa ia mengenali pemilik dari punggung tersebut.
°°°°°
TBC
[TELAH DI REVISI]
Halo guys!!
Chapter ini memang sengaja dibuat pendek!
Jangan lupa follow, vote, dan komentar kaliannn😍
See u next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFIZDJAH
Teen Fiction⚠️[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!]⚠️ Beberapa chapter telah di revisi! [Bijaklah dalam membaca dan berkomentar!] Menceritakan tentang kisah seorang gadis dan pria yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Khadijah Aleyna Putri Gadis cantik dan sederhana...