Chapter 42

9.5K 714 74
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"sayangggg!!!" Teriak Tita.

Nufardhan yang berada didalam kamar pun, ia berlari dengan cepat untuk menghampiri Tita yang memanggilnya. Nufardhan mengira terjadi sesuatu pada istrinya, hingga sampai teriak seperti itu.

"Kenapa, sayang?" Tanya Nufardhan dengan nada Khawatir.

"Biasa aja dong," ucap Tita saat ia melihat Nufardhan yang susah untuk mengatur napasnya akibat berlari-lari menuruni anak tangga. "Tita haus, tapi airnya habis. Beliin dong, sayang!"

"Ya Allah, kirain ada apa sampe teriak-teriak begitu," ujar Nufardhan kala ia mendengar ucapan dari istrinya itu.

Tita hanya bisa cengengesan sambil membentuk jarinya menjadi huruf V sebagai simbol maaf. "Yaudah kamu tunggu sini ya, sayang. Biar saya pergi beli airnya dulu."

"Oke, sayang." Tita memberikan simbol 'oke' dengan menggunakan tangannya.

Kemudian Nufardhan pun bergegas untuk pergi membeli air. Hari ini Nufardhan mengambil cuti dari kerjaannya, karena ia sudah berjanji untuk berkunjung kerumah sahabatnya-Gus Hafizh.

Membutuhkan waktu 10 menit agar Nufardhan kembali kerumahnya dengan membawa air tersebut. Nufardhan langsung menuangkan dan memberikan air tersebut kepada istrinya yang kini sedang duduk santai menonton film kisah Nabi Muhammad SAW.

"Silahkan diminum, nyonya." Nufardhan memberikan gelas yang sudah berisikan air itu.

Tita menerima air yang diberikan kepadanya. "Terimakasih, suamiku yang selalu siap siaga," ujarnya.

"Khusus untuk istriku seorang."

Meskipun memang kenyataan seperti itu, namun Tita selalu aja merasakan ribuan kupu-kupu berterbangan didalam perutnya kala ia mendengarkan ucapan suaminya yang seperti itu.

"Kita berangkat jam berapa?" Tanya Nufardhan.

"Habis shalat Zuhur aja deh, biar nanti kita shalat ashar nya dimasjid pesantren," jawab Tita.

"Nggak mau pulang habis isya?" Tawar Nufardhan.

"Emangnya sayang nggak capek?"

"Selagi sama kamu capeknya hilang, sayang," ujar Nufardhan dengan nada genitnya.

Tita hanya bisa berdesis kala ia mendengar suaminya yang berbicara dengan nada seperti itu. Walaupun sedikit baper, tetap saja Tita merasa geli.

•••

Tokk... Tokk... Tokk...

Khadijah mengetuk pintu ruangan kerja suaminya itu. Ia berniat untuk mengantarkan segelas kopi yang tadi Gus Hafizh pesan padanya.

"Mass!!" Teriaknya dari luar.

Ceklek.

"Kenapa?"

HAFIZDJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang