Chapter 26

17.3K 1K 9
                                    

••••

"Khadijah," panggil Gus Hafizh.

"Kenapa, Mas?"

"Hari ini kita periksa ke dokter dulu gimana? Habis itu baru ngabarin Umi, Bunda, Abi, sama Abah. Fahri juga sih, karena kan dia adik kamu."

"Ijah ikut aja deh, Gus-eh salah Mas maksudnya."

"Tapi sebelum itu saya mau bertanya sesuatu ke kamu, boleh?" Khadijah menganggukkan kepalanya.

"Aslan siapa? Kenapa namanya ada di buku diary kamu?" Tanya Gus Hafizh dengan suara tenang.

Khadijah diam membisu, lidahnya terasa sangat kaku ketika Gus Hafizh menyebutkan nama sosok yang sangat ia sayangi.

"Saya nggak bermaksud baca diary kamu. Tapi waktu itu diary kamu terbuka, dan saya nggak sengaja baca nama Aslan disana, dan itu juga nggak cuma sekali dua kali," lanjut Gus Hafizh.

"Aslan itu Abang kandung Khadijah, Abangnya Ari juga. Kaif Aslan Putra. Ijah dengan Bang Aslan berbeda dua tahun, sedangkan Aslan dengan Ari berbeda empat tahun," tutur Khadijah.

"Dia adalah penyebab khadijah pingsan setelah Mas Hafizh membawa kabar tentang Ari saat itu," lanjutnya.

"Jadi, dia alasan kamu memiliki trauma sampai sekarang?" Tanya Gus Hafizh yang dibalas dengan anggukan kepala.

"Terus kemana dia sekarang? Saya mau ketemu dengan saudara ipar saya," ucap Gus Hafizh

Khadijah menundukkan kepalanya, ia menangis. Gus Hafizh dapat mendengar suara isak tangis Khadijah, lalu ia mengangkat dagu Khadijah dan menghapus air matanya.

"Jelasin pelan-pelan, sayang. Saya bakalan dengerin sampai kamu selesai."

"Dia udah nggak ada, Gus. Dia udah kembali ke pangkuan Allah."

Seketika Gus Hafizh langsung merasa sangat bersalah kepada Khadijah, karena ia telah menanyakan sesuatu yang membuatnya bersedih.

"Aslan meninggal karena ia sakit demam. Di hari ketiga, Aslan di bawa kerumah sakit untuk di periksa, dan ternyata dokter bilang kalo Aslan nggak papa, hanya demam biasa."

"Namun, udah hampir dua minggu Aslan masih belum sembuh juga. Bahkan keadaannya semakin parah. Aslan juga mengalami kejang-kejang selama dia demam."

"Waktu itu Khadijah sedang tidur siang didalam kamar sendirian. Khadijah nggak tau kalo ternyata Bunda dan Abah membawa Aslan pergi kerumah sakit. Saat itu Ari masih berusia tiga tahun, jadi Bunda lebih memilih membawanya untuk ikut bersama Bunda dan Abah."

"Hiks, tiba-tiba Khadijah mendengar suara ambulan berhenti di depan rumah. Khadijah bangun dan keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Bunda dan Abah, namun nggak ada seorang pun di dalam sana."

"Khadijah keluar rumah, dan melihat Bunda menangis. Khadijah bertanya ada apa ke Bunda, tapi Bunda tidak menjawabnya. Kemudian khadijah berjalan menuju ke arah brankar yang berada di dalam ambulan tersebut. Hiks, sungguh Khadijah kaget ketika melihat wajah bang Aslan sudah pucat dan sekujur tubuhnya dingin. Aslan meninggal tepat pada usia 7 tahun di hari kelahirannya."

"Sejak saat itulah, Khadijah trauma jika di tinggal sendirian didalam rumah terlalu lama. Khadijah takut melihat orang yang Khadijah sayangi mengalami sakit." Khadijah menjelaskan kepada Gus Hafizh dengan sangat detail.

Gus Hafizh menarik Khadijah ke dalam pelukannya. Dia paham bagaimana perasaannya sekarang, dan dia juga paham mengapa selama ini Khadijah selalu khawatir berlebihan saat melihat orang-orang terdekatnya jatuh sakit.

"Nggak papa, sayang. Bang Aslan udah tenang disana."

"Khadijah rindu Bang Aslan, Gus."

"Nanti sepulang dari rumah sakit, kita ke makam dulu, lalu setelah itu kerumah Bunda. Kebetulan Abi dan Umi nanti mau berkunjung kerumah Bunda sama Abah."

HAFIZDJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang