•••
Pukul Dua belas lewat tiga puluh tiga menit Khadijah sudah tiba di gerbang pesantren, ia sudah selesai sedang kegiatannya dikampus. Khadijah mendengar suara adzan berkumandang ketika melangkahkan kakinya ke area pesantren, dan berniat singgah dimasjid untuk melaksanakan shalat zuhur terlebih dahulu.
Tiba-tiba saja dari belakang ada seseorang yang memanggil Khadijah. Seorang perempuan yang bertugas di pesantren Darratul Islam. Perempuan itu bernama ustadzah Nisa. Ustadzah Nisa adalah bagian pengurus keuangan pesantren Darratul Islam.
"Assalamu'alaikum, Ning," sapa Ustadzah Nisa.
"Wa'alaikumussalam, Ustadzah," balas Khadijah dengan ukiran senyum dibibirnya.
"Mau shalat dimasjid?" Tanya Ustadzah Nisa.
Khadijah menganggukkan kepalanya.
"Saya nggak sangka kalo sekarang harus memanggil kamu dengan kata Ning. Dulu kamu adalah murid kesayangan saya loh, Ning."
"Serius, Ustadzah? Masya Allah. Jazakillahu Khairan, Ustadzah."
"Wa jazakillahu khair," balas Ustadzah Nisa.
Keduanya berjalan bersama menuju masjid utama pesantren Darratul Islam. Namun saat didalam masjid, keduanya berpisah karena Khadijah harus mengambil air wudhu terlebih dahulu, sedangkan Ustadzah Nisa sudah berwudhu dari asrama.
Khadijah mengambil shaf dipaling belakang bersama dengan para santriwati lainnya. Seperti yang sudah dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Nasai mengatakan “Dan sebaik-baiknya shaf-shaf perempuan itu di akhir dan seburuk-buruknya shaf perempuan itu di paling awal.”
Saat Khadijah sedang memakai mukenahnya, ada seorang santriwati yang memanggil dirinya, ia pun dengan segera melihat kearah kanannya, karena Khadijah berada di sudut dinding sebelah kiri.
"Ning Khadijah!" Panggil santri itu.
"Eh kamu yang semalam ketemu saya di koridor pesantren kan?" Tanya Khadijah.
"Iya, Ning. Ning kenapa nggak ambil shaf didepan, dan kenapa milih satu shaf dengan kami para santriwati?"
"Memangnya apa bedanya kalian seorang santriwati dengan mereka seorang Ustazah? Lagian semua umat manusia, umat muslim itu sama derajatnya dimata Allah. Jadi buat apa saya harus mengambil shaf didepan, kalo shaf dibelakang jauh lebih dianjurkan," jawab Khadijah.
"Masya Allah. Selain cantik, ternyata Ning pintar juga ya, sama seperti Gus Hafizh."
Khadijah tersenyum, "Kamu siapa namanya?" Tanya Khadijah.
"Nurul, Ning."
"Masya Allah. Semoga dirimu selalu bercahaya sama seperti namamu ya," ujar Khadijah.
"Terimakasih, Ning. Ning dulu belajar di pesantren juga ya?" Tanya Nurul.
Khadijah menganggukan kepalanya, "Saya dulu belajar di pesantren ini, Rul."
"Sudah ayo kita shalat," ajak Khadijah.
••••
Seusai shalat berjamaah dimasjid, Khadijah dan Nurul keluar berbarengan. Namun, Khadijah menghentikan langkahnya saat ia melihat seorang perempuan yang beberapa hari ini selalu ia lihat bersama suaminya. Kemudian Khadijah bertanya kepada Nurul untuk menghilangkan sedikit rasa penasarannya.
"Nurul, boleh saya bertanya sedikit?" Tanya Khadijah.
"Boleh, Ning. Ning mau nanya apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFIZDJAH
Teen Fiction⚠️[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!]⚠️ Beberapa chapter telah di revisi! [Bijaklah dalam membaca dan berkomentar!] Menceritakan tentang kisah seorang gadis dan pria yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Khadijah Aleyna Putri Gadis cantik dan sederhana...