Chapter 4

20.3K 1.4K 5
                                    

Pagi ini, Khadijah sudah sibuk di dapur rumahnya, untuk apa? Yaa, Khadijah sedang membuat sarapan untuk Abah dan Bundanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, Khadijah sudah sibuk di dapur rumahnya, untuk apa? Yaa, Khadijah sedang membuat sarapan untuk Abah dan Bundanya. Sehabis sholat subuh tadi, Khadijah sempat membujuk Bundanya agar hari ini dia yang memasak untuk sarapan. Khadijah memang pandai memasak, hanya saja karena dia harus mengurus pendidikannya, jadinya ia jarang masak.

"Rajin banget pagi-pagi sudah didapur," ucapnya.

" Ijah lagi masak untuk Abah sama Bunda, kan udah lama juga Abah sama Bunda nggak makan masakan Ijah," balas Khadijah dengan senyuman di bibirnya.

"Lagi belajar masak untuk calon suami, ya?" Tanya Harun dengan sedikit menggoda Khadijah.

"Ih, Abah! Nggak gitu," jawab Khadijah dengan malu.

Harun terkekeh kecil melihat wajah Khadijah yang sudah sedikit memerah akibat godaan yang ia berikan kepadanya.

"Abah nggak tega dengan kalian begini. Bagaimana kalo Abah carikan pembantu untuk rumah kita, Jah?" Tanya Harun.

"Nggak usah, Mas. Lagian nanti kalo ada pembantu aku mau kerja apa dirumah?" sahut Salimah.

"Bunda masih sanggup kok kalo cuma untuk ngerjain kerjaan rumah gini, apalagi rumah kita nggak terlalu besar kan? Uangnya juga bisa kita simpan untuk keperluan yang lebih penting lagi," perkataan Salimah membuat kedua orang yang berada di dapur itu langsung menoleh padanya.

"Bener kata Bunda, Bah. Mending uangnya disimpan buat keperluan lain. Khadijah juga bisa bantu Bunda kok walaupun dikit hehehe," balasnya.

Bukan maksud Khadijah membelah bundanya, namun apa yang dikatakan bundanya itu ada benarnya juga. Lebih baik uang tersebut disimpang untuk keperluan yang lebih penting lagi. Masalah pekerjaan rumah itu bisa terselesaikan jika mereka mau mengerjakannya.

"Yaudah, deh. Karena Abah nggak mau membantah kekasih dan buah hati Abah, jadi Abah lebih memilih menurut dengan kalian," ucap Harun.

"Nah, gitu dong. Ini baru namanya suami Bunda," balas Salimah.

"Abah dengan Bunda tunggu di meja makan aja," titah Khadijah.

"Udah selesai belum?" tanya Salimah.

"Udah, Bunda. Tinggal Ijah pindahkan ke wadah terus bawa ke meja makan," jawabnya.

"Yaudah biar Bunda bantu ya, sayang."

"Terus Abah ngapain?" Tanya Harun.

"Abah bagian BNN aja," jawab Khadijah. Harun yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya.

"Bantu nengok-nengok," ucap Khadijah sambil tergelak tawa.

HAFIZDJAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang