PART 42

914 55 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya, bantu follow juga....

1 vote kalian sangat berharga buat aku, makasih buat yang udah nyempetin baca cerita aku.... semoga sukaaaa❤❤❤





"Kita hanya bisa menerima takdir. Dan percayalah bahwa sesuatu yang sudah tuhan rencanakan adalah yang terbaik."

~~~~

Waktu menunjukkan pukul 5 sore, tamu - tamu undangan mulai berkurang. Tetapi mereka akan kembali lagi nanti malam. Karena nanti malam adalah acara resepsi pernikahan.

"Kalian nanti balik lagi kan?" Tanya Lia kepada Riri, Mytha, Anita dan Yani.

"Oh jelas. Gue mau berburu makanan soalnya."

"Iyadah serah lo. Yang penting kalian balik lagi."

"Hm."

"Ri." Kinaan menghampiri Riri. Riri menaikkan sebelah alisnya.

"Pulang bareng saya." Riri melirik kearah yang lain. Mereka mengangguk.

"Hm."

"Naan." Panggil Lia, Kinaan melirik Lia.

"Hm." Jawab Kinaan dengan deheman.

"Titip Riri, kalo Riri lecet awas aja." Kinaan mengangguk.

"Duluan." Kinaan dan Riri berjalan keluar gedung.



xxxx





"Jam 7 malam saya jemput." Ujar Kinaan saat mereka sudah sampai di rumah Riri.

"Gak terima penolakan wahai ibu Waketos." Ujar Kinaan saat melihat Riri akan membantah ucapannya.

Riri mengangguk dengan malas. Ribut dengan Kinaan memang tidak akan ada kelarnya.

"Saya pulang ibu Waketos." Pamit Kinaan.

"Hm."

"Assalamu'alaikum ibu Waketos cantik." Gombal Kinaan.

"Wa'alaikumsalam." Kinaan segera masuk ke dalam mobilnya.

"Bye." Kinaan menurunkan sedikit kaca mobilnya lalu melambaikan tangannya. Riri tersenyum tipis melihat kepergian Kinaan. Lalu ia masuk ke dalam rumah.

Kudu modus dulu sebelum pergi..



xxxx



Diacara pernikahan Lia menatap sendu sang kakak yang berada di depan. Tak sadar air matanya mengalir, namun ia segera tepis sebelum orang lain melihatnya.

"Sayang." Al menghampiri Lia. Lia menoleh lalu melebarkan senyumnya. Ia tak ingin orang lain tau bahwa tadi ia sempat menangis.

"Kenapa sayang?" Tanya Lia.

"Kesana yuk, duduk kita sama yang lain." Lia mengangguk menyetujui ucapan Al. Al menggandeng tangan Lia menuju meja bundar.

"Duduk sayang." Al mempersilahkan Lia duduk.

"Iya." Al menatap dalam mata Lia. Ia tak mendapatkan sorot mata kebahagiaan dari Lia, melainkan kesedihan.

"Kamu kenapa sayang?" Al bertanya secara tiba - tiba membuat Lia bingung.

"Kenapa gimana?" Tanyanya.

"Kamu gak setuju atas pernikahan ini?" Tanya Al to the point membuat Lia tak bisa menjawab. Al menghela nafas kasar, ia menggenggam tangan Lia lembut.

Hay, Waketos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang