Jangan lupa vote dan komen ya, bantu follow juga....
1 vote kalian sangat berharga buat aku, makasih buat yang udah nyempetin baca cerita aku.... semoga sukaaaa❤❤❤
•
•
•
•
•~~~~
Kinaan segera menaiki motornya menyusul Riri, ia ingin menghilangkan rasa penasarannya. Sampai di sana ia melihat ada beberapa orang yang sedang memasukkan koper ke dalam mobil.
"Sudah selesai pak?"
"Om Bhalendra" gumamnya. Sebelumnya Kinaan ingin menghampiri seseorang yang sedang mengangkut koper ke dalam mobil itu, namun ia urungkan saat melihat Bhalendra.
"Sudah pak, sudah beres."
Rasa curiga Kinaan semakin besar, ia segera menghampiri Bhalendra.
"Assalamu'alaikum, om" Bhalendra menoleh, ia menatap Kinaan terkejut.
"Wa'alaikumsalam, K-Kinaan"
"Iya om, ini siapa yang mau pindahan om?" Tanya Kinaan. Bhalendra merasa bingung untuk menjawab apa.
"Om"
"It----"
"Pah sudah selesai semua? Riri harus segera berangkat loh. 25 menit lagi pesawatnya berangk--" ujar Renata dari dalam keluar. Namun terhenti karena terkejut melihat Kinaan di sini yang menatapnya.
"Ri- Riri mau pergi? Riri mau kemana om, tante?" Tanya Kinaan dengan nafas memburu.
Renata dan Bhalendra saling menatap satu sama lain. Keduanya bingung untuk menjawab. Lalu keluarlah Riri menggunakan baju putih, celana kulot dan topi. Kinaan berlari kearah Riri, ia memegang tangan Riri membuat Riri terkejut.
"Kenapa ada dia disini?"
"Ri, Riri, Riri mau pergi?" ujar Kinaan dengan mata yang berkaca - kaca. Riri menatap kedua orang tuanya yang mengangguk. Lalu Riri kembali menatap Kinaan dan mengangguk.
Mendapat jawaban seperti itu, Kinaan langsung memeluk Riri erat dan menangis diceruk leher Riri. Ia menumpahkan air matanya di sana. Ia tak ikhlas Riri akan pergi meninggalkannya.
"Riri mau pergi kemana hiks, Riri udah janji mau di sini sama Kinaan, Riri gak boleh pergi hiks" ujar Kinaan menangis tersedu - sedu. Sedangkan sepasang suami istri itu, bersama supir pribadinya hanya menatap dua remaja yang sedang berpelukan.
"Lepas, gue udah telat." Riri berusaha melepaskan pelukan Kinaan, namun Kinaan semakin erat memeluknya.
"Sebentar, biarin aku peluk kamu sepuasnya dulu." Ujar Kinaan menahan sesak dengan memejamkan matanya, namun air matanya tetap mengalir begitu saja membasahi pipinya.
"Udah" ujar Riri setelah beberapa menit. Kinaan melepaskan pelukannya, ia menatap Riri lalu tersenyum, senyuman yang penuh dengan duka dan luka.
"Om, tante, boleh saya ikut antar Riri ke bandara? Saya akan ikut menggunakan motor saya sendiri."
Bhalendra dan Renata saling tatap lalu mengangguk. "Kamu ikut kita aja naik mobil." Ujar Renata.
"Iya, pikiran kamu sedang kacau, tidak mungkin kamu bisa membawa kendaraan dengan normal." Kinaan tersenyum, lalu mengangguk.
"Kalian berdua pake mobil pak Mudi, biar papah sama mamah naik mobil sendiri." Riri mengangguk.
Riri dan Kinaan berjalan menaiki mobil, pak Mudi menjalankan mobilnya. Lalu disusul oleh mobil Bhalendra di belakangnya.
"Riri kenapa gak bilang mau pergi?" Ujar Kinaan dengan lirih, bibirnya terasa berat sekali untuk berbicara.
Riri tak menjawab, ia menatap kaca jendela mobil. Melihat kendaraan yang berlalu lalang. Kinaan bergeser mendekati Riri. Ia menggenggam tangan Riri, ia elusi tangan lembut itu lalu ia cium berkali - kali dengan air mata yang terus mengalir tanpa diminta. Air mata itu sampai menyentuh tangan lembut Riri, Riri menoleh kearah Kinaan yang mencium tangannya lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hay, Waketos!
Teen Fiction🚫FOLLOW AUTHOR, DILARANG PLAGIAT🚫 "gue gak suka sama cewek tomboy. Berandalan, tidak mencerminkan aura perempuan. Perempuan itu harus anggun dan lemah lembut" Kata - kata itu terucap dari seorang Ketos di SMA Favorit di Kota tersebut. Kinaan Denta...