PART 48

1K 72 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya, bantu follow juga....

1 vote kalian sangat berharga buat aku, makasih buat yang udah nyempetin baca cerita aku.... semoga sukaaaa❤❤❤

"Kehadiranmu bagiku adalah suatu yang sangat berarti untukku."





~~~~


Kinaan segera pulang, selama di perjalanan pikirannya kacau. Bahkan ia menangis dalam diam. Tak ada siapapun yang menyadari laki - laki ini menangis dibalik helm full facenya.

Sampai di rumah ia segera memarkirkan motornya di bagasi, lalu masuk ke dalam rumahnya dengan wajah yang sembab dan lesu. Saat masuk, Rissa dikagetkan dengan kondisi anaknya yang sangat kacau.

"Astaghfirullah, sayang kamu kenapa?" Ujar Rissa memegang pipi anaknya dan menatap mata sembab anaknya.

"Kamu nangis?" Kinaan mengangguk pelan.

"Nangis kenapa sayang? sini duduk dulu." Rissa menuntun putranya duduk disofa.

"Sebentar mamah ambil minum." Rissa segera pergi menuju dapur, ia membuat teh hangat. Semoga saja itu bisa membuat Kinaan tenang sedikit. Setelah selesai ia membawa teh itu ke ruang tamu dan memberikannya pada Kinaan.

"Ini minum dulu." Kinaan meneguk teh hangat yang dibuatkan oleh sang ibu. Setelah selesai meminumnya, pandangan Kinaan kosong ke depan. Hal itu membuat Rissa khawatir dengan kondisi anaknya.

"Hey, Kinaan." Rissa menggoyangkan bahu Kinaan, namun tak ada reaksi apapun dari pemilik nama.

"Kinaan, istighfar nak. Apa yang terjadi?" Ujar Rissa selembut mungkin. Bukan menjawab Kinaan justru menangis tersedu - sedu. Melihat hal itu Rissa memeluk putranya erat, guna menenangkannya.

"Istighfar sayang" ujar Rissa sembari mengelus rambut Kinaan dengan lembut.

"Astaghfirullah" kalimat itu terus terucap dari bibir Kinaan.

Merasa anaknya sudah tenang. Rissa akan mulai bertanya mengapa Kinaan menjadi seperti ini.

"Kinaan?" Hanya deheman yang Kinaan keluarkan dari mulutnya.

"Kamu kenapa sayang? Pulang - pulang jadi kayak gini?" Ujar Rissa diakhiri dengan ia mencium kening sang anak yang masih berada dipelukannya.

"Ri-Riri jalan sama cowok lain hiks" ujar Kinaan dan berakhir kembali menangis tersedu - sedu mengingat kejadian tadi di kelas. Rissa mengelus punggung Kinaan. Ia paham sekali mengapa Kinaan sampai menangis, yang pastinya karena cemburu.

"Mungkin jalan sama temennya sayang." Ujar Rissa, Kinaan menggeleng kuat.

"Nggak mah, tadi Riri dirangkul pinggangnya sama cowok itu hiks"

"Terus, pas Kinaan mau nyingkirin tangan cowok itu, Riri malah nepis tangan Kinaan dan biarin tangan cowok itu ngerangkul pinggangnya mah hikss" ujar Kinaan semakin histeris. Rissa hanya bisa mengelus punggung putranya.

"Sebelumnya, apa kamu ada masalah sayang sama Riri?" Tanya Rissa. Karena yang ia tau, setiap anaknya bersama Riri akan selalu berbunga - bunga tersenyum seperti orang gila.

Kinaan menggeleng lalu mengangguk, Rissa menyerngitkan alisnya membuat kerutan dikeningnya.

"Maksud kamu iya atau nggak?"

"Gak tau hiks hiks" ujar Kinaan, Rissa menghela nafas.

"Riri- Riri tiba - tiba ngejauhin Kinaan hiks, bahkan Riri gak mau ke ruang osis bareng Kinaan hiks. Sampai akhirnya Kinaan duluan ke ruang osis, Kinaan kira Riri bakalan nyusul, ternyata nggak. Hiksss huaaa" ujar Kinaan disela tangisannya. Rissa paham sekarang, Riri memang sedang menjauhi putranya ternyata. Dan hal itu membuat putranya meraung - raung seperti sekarang ini.

Hay, Waketos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang