11. Afternoon Tea

1.3K 256 48
                                    

Please don't be a silent reader, vote and coment untuk menghargai suatu karya.

Happy Reading!!!

[The Real One Counterattacked]

✧♡✧


Afternoon Tea Adalah kebiasaan Para Bangsawan yang menikmati teh dan camilan pada sore hari. Kegiatan ini juga dilakukan oleh Para Pangeran hampir setiap harinya. Tentunya dalam perjamuan ini, kadang kala ada yang tidak hadir karena kepentingan masing-masing.

Ice, menyesap Teh-nya, ia malas mendengarkan saudara-saudaranya yang berbincang terus. Kali ini, topik yang dibahas oleh saudara-saudaranya adalah mengenai Solar yang mulai menunjukkan giginya. Jangan salah! Setiap kali ada topik seperti ini ataupun tidak, Ice tidak pernah peduli. Meskipun begitu, setelah dipikir-pikir lagi Ice merasa bersalah. Seharusnya Ice, menghentikan saudara-saudaranya bukan hanya diam saja. Namun, Ice tidak dapat melakukannya karena kakak ketiga-nya yang selalu menjadi pemimpin pada saat Afternoon Tea. Takut sih, tapi Ice lebih memilih menghindari perselisihan. Oleh karena itu, dirinya selalu menjadi yang paling pendiam.

"ARGHH! SOLAR BRENGSEK! BISA-BISANYA DIA MENGAMBIL ALIH BISNIS YANG DIBERIKAN KE KAK GEMPA!!!"

Gendang telinga Ice mungkin sedikit lagi akan pecah jika dibiarkan untuk mendengar suara berisik saudaranya.

Gempa tersenyum kecil. "Blaze, jaga ucapan mu." Terdengar lembut, tapi tegas.

"Habisnya, berani sekali dia melakukan itu!" Ujar Blaze, dia begitu sangat mengebu-gebu.

"Solar tidak melakukannya, tetapi Ayah yang memberikannya kepada Solar." Jawab Gempa dengan tenang. "Aku juga berpikir jika bisnis itu akan berjalan lancar bila Solar yang menanganinya."

"A-apa? Kak ...." Blaze, mengerutkan keningnya.

"Jadi, sebagai Saudaranya, Ayo kita dukung dia." Ucap Gempa, dengan seulas senyuman yang terlihat tulus.

"Gempa, kamu tidak apa-apa?" Tanya Taufan, tangan kanannya memegang bahu saudaranya.

Biasanya, Taufan hanya akan menjadi pengisi suasana saja. Tetapi intuisinya sebagai seorang Kakak, mengatakan bahwa ini bukan waktunya. Benar! Hari ini, dirinya yang tertua dikarenakan ketidakhadiran Halilintar.

"Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?" Jawab Gempa, memindahkan tangan Taufan dari bahunya.

"Gem—"

"HUAAA!!!" Tiba-tiba saja, Thorn menangis. Karena hal itu, membuat semua perhatian tertuju kepadanya.

"T-Thorn! Ada apa?" Tanya Taufan, yang berada di samping Thorn.

Sejak dimulainya perjamuan, Thorn masih belum mengerti dengan topik yang dibahas. Hingga pada akhirnya, Thorn paham, sangat paham sampai menebak perasaan Gempa.

"KAK GEMPA BERBOHONG YA? HIKS... PADAHAL KAKAK YANG BILANG JANGAN BERBOHONG!" Tangisnya.

"E-eh! Aku tidak berbohong! Thorn, tenanglah." Ucap Gempa, yang kini telah berada di dekat Thorn.

"BOHONG! KAK GEMPA, PASTI BOHONG!"

Gempa, menghela nafasnya. Lalu mengusap-usap puncak kepala Thorn, "Thorn, dengarkan baik-baik. Aku tidak berbohong, aku baik-baik saja. Oke?" Katanya.

"Sungguh?" Tanyanya, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Iya! Tidak mungkin aku berbohong kepadamu!" Jawab Gempa.

"Benar ya? Benar 'kan? Kakak tidak bohong 'kan?" Tanya Thorn lagi.

"Hahaha~ tentu saja." Ujarnya, dengan tulus. "Terimakasih telah mengkhawatirkan aku."

The Real One CounterattackedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang