61. Suara

489 89 5
                                    

Please don't be a silent reader, vote and comment untuk menghargai suatu karya.

Happy Reading!!!

[The Real One Counterattacked]

✧♡✧

"Jadi, saya ingin menanyakan kepada Anda. Apakah Anda pernah melihat lubang berwarna putih yang tiba-tiba muncul di langit?" Kaizo, menatap si kakek.

"Ah, lubang putih?" Si kakek tampak kebingungan. "Aku belum pernah melihat itu."

"...." Sontak, pita suaranya terasa berat untuk mengeluarkan suara. "Begitu, saya mengerti. Lalu ... Mungkin Anda pernah melihat sesuatu yang berjatuhan dari langit?"

... Yah, aku tidak akan berharap lebih. Batin Kaizo, dia mengalihkan perhatiannya ke tanah.

"Ya, aku pernah melihatnya," ucap si Kakek.

"Begitu, Anda pernah melihat–" Kaizo membelalakkan matanya, ia segera mengalihkan perhatiannya kepada si kakek. "Tadi Anda mengatakan apa?"

"Kamu bertanya apakah aku pernah melihat sesuatu yang jatuh dari langit bukan?" ujar si kakek. "Jawaban aku adalah iya."

"Hm, kalau tidak salah sekitar enam tahun yang lalu," lanjut si kakek.

Titik koordinat yang mereka kunjungi pertama ini adalah titik koordinat yang berkebalikan dengan titik koordinat kediaman Prebet. Dimana pada enak tahun lalu, kediaman Prebet menjadi berantakan karena ulah Bora Ra."A-anu! Bisakah Anda menceritakan lebih detail lagi?!" ujar Kaizo, dengan mata merahnya yang terlihat memiliki harapan didalamnya.

"Waktu itu, aku sedang berjalan disekitar hutan. Namun, tiba-tiba ada angin kencang dan tanah sedikit berguncang. Aku tidak melihat apapun karena aku fokus untuk mencari perlindungan. Setelah anginnya berhenti, aku keluar dari hutan dan melihat reruntuhan ini, yang seharusnya tidak ada." Kakek memberikan penjelasan dengan singkat. "Aku pikir rumahku dan yang lainnya hancur karena angin kencang.  Jadi, aku langsung pergi ke rumahku. Setidaknya itulah yang aku ingat."

"Apa ... Apakah Anda melihat dua orang pada saat itu?"

"Tidak, aku tidak menemukannya, bahkan seorang pun tidak," jawab si kakek.

Mulut Kaizo terbuka sedikit, kedua alisnya terpaut dekat. "... Saya mengerti," kata Kaizo, ia menghela nafasnya. Di situasi yang seperti ini, Kaizo harus tetap tenang dan logis.

"Baik, saya rasa sudah tidak ada lagi yang saya tanyakan." Kaizo sedikit menundukkan kepalanya. "Terima kasih, atas informasi yang Anda berikan."

"Eh! Tidak-tidak, bukan apa-apa. Aku hanya bisa memberikan informasi yang sedikit. Lagipula, aku tidak yakin itu adalah apa itu bisa dijadikan informasi," ujar si kakek.

Kaizo mengangkat kepalanya. "Itu sangat berguna sebagai informasi, terima kasih," katanya.

"Kalau memang begitu, baguslah." Si kakek menghela nafasnya. "Memangnya untuk apa kamu menanyakan itu?"

"Ah, soal itu." Kaizo, berdiri dari duduknya. Dia mengulurkan tangannya kepada lawan bicaranya. "Itu adalah rahasia. Saya harap Anda bisa diajak kerjasama untuk merahasiakan pertanyaan saya dan keberadaan saya di sini."

Si kakek menerima uluran tangan Kaizo. "Baiklah, aku mengerti. Aku akan merahasiakan ini. Toh, tempat tinggalku tidak berada dibawah suatu kerajaan," tutur Kakek, sambil bergerak untuk berdiri.

"Singkatnya, kami terbebas dari peraturan undang-undang negara," lanjut si kakek.

"Namun, tempat tinggal Anda tidak bisa terlindungi dari para monster," ucap Kaizo.

The Real One CounterattackedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang