29. Hukuman Atas Kejahatan

963 180 11
                                    

PERINGATAN!!!
CHAPTER INI MENGANDUNG KEKERASAN, DARAH, ATAU HAL YANG BERBAU SENSITIF!

Please don't be a silent reader, vote and comment untuk menghargai suatu karya.

Happy Reading!!!

[The Real One Counterattacked]

✧♡✧

Trak!

Solar, menaruh cangkir teh-nya di atas meja.

Masih di hari yang sama, pada Sore harinya Solar dipanggil ke Istana oleh Amato. Ini adalah pertemuan kedua, setelah hari itu. Pertemuan pertama mereka, hanya pertemuan membahas tentang pengadaan Pengadilan kembali dan pemindahan tangan atas Laporan. Lalu sekarang pertemuan kedua, Solar tidak tahu apa yang akan didiskusikan. Amato, berpakaian santai, mungkin hanya Afternoon tea biasa.

"Bagaimana dengan pekerjaannya?" Amato, membuka suaranya.

Solar, memiringkan kepalanya. "Maksud anda?" Tanyanya.

"Sudah beberapa hari kamu melakukan tugas bagi Para Pangeran, bukan?" Amato, menuang teh-nya sendiri. "Apa tidak ada yang ingin kamu katakan?"

"Aku pikir tidak ada." Jawab Solar singkat.

"Sungguh?" Amato, terlihat terkejut. "Apa kamu tidak merasa ingin berhenti dari tugas mu?"

Solar, tersenyum kecil. "Tidak. Aku pikir, pekerjaan Para Pangeran cukup menyenangkan." Jawabnya.

"Hah?!" Amato, menatap tidak percaya.

"Tapi, setelah ini. Pekerjaanku akan berakhir, karena Para Pangeran akan segera kembali beraktivitas. Hari-hari yang menungguku akan sedikit membosankan. Aku—"

"Tunggu-tunggu! Maksudnya, kamu menyukai pekerjaan yang membosankan itu?" Amato, menyela kalimat Solar.

Solar, menyeringai kecil. "Tidak, itu menyenangkan. Aku menyukainya." Katanya.

'Solar itu pekerja keras, bukan? Nah, sekarang lihatlah aku yang mirip dengannya!

Amato, terdiam mengingat sifat dari 'Solar. Putra bungsunya, memang pekerja keras. Sifatnya yang seperti itu, membuat pekerjaannya terbantu. Namun, karena itu juga 'Solar jadi memiliki komunikasi yang cukup buruk karena jarang bersosialisasi. Lalu, anak yang statusnya ambigu dihadapannya ini, semakin mirip dengan Putra Bungsunya.

"Aku pikir kamu putra ku." Ucap Amato, dengan tersenyum tipis.

"Memang." Jawab Solar dengan santai.

"Eh?"

"Ah!"

Keduanya malah sama-sama terkejut.

"Hahahaha! Begitu, ya!" Amato, tertawa kecil.

Hah?! Kenapa dia malah ketawa?

Solar, yang terlanjur bingung, memilih untuk tetap diam saja.

"Oh, ya. Apa kamu sudah dengar hasil dari sidang tadi siang?" Tanya Amato, memilih topik lain.

"Sudah. Hasilnya tersebar sangat cepat." Jawab Solar.

"Benar, karena masalah ini menentukan masa depan Lambency." Amato, memainkan daun yang ia ambil di meja.

"Saya sendiri dibuat terkejut karena ada yang ingin mencelakai Pangeran 'Solar." Katanya, dengan nada yang sedih.

"Yah~ tidak mengejutkan bagiku." Hal itu, membuat Solar tertarik. "Dulu 'Solar sering kali menyingkirkan Bangsawan-Bangsawan yang korupsi atau melanggar peraturan dengan mudahnya."

The Real One CounterattackedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang