20. Kehilangan

1.2K 179 22
                                    

Please don't be a silent reader, vote and coment untuk menghargai suatu karya.

Happy Reading!!!

[The Real One Counterattacked]

✧♡✧

"Dahulu kala, sekitar puluhan abad yang lalu, ada seseorang yang memiliki mana' terbesar di dunia."

Beberapa mata yang lebar nan imut itu, menatap dengan penuh penasaran.

"Menjinakkan Monster."

"Melakukan kontrak dengan mahkluk supranatural seperti spirit."

"Hingga mengalahkan iblis-iblis yang kejam."

Mata-mata itu, semakin berkilauan ketika mendengar cerita tersebut.

"Orang-orang memanggilnya dengan sebutan Penyihir Agung."

"Penyihir agung ..." Seorang anak kecil yang duduk dengan tenang, bergumam kecil.

"WAH~ KEREN!!!" Anak kecil yang lainnya, berteriak dengan riang.

Mereka adalah keenam bersaudara dari Kerajaan Lambency, Pangeran Lambency. Keenamnya, memiliki wajah yang sangat amat mirip sehingga sulit untuk di bedakan. Untungnya, ada bros yang menjadi pembeda untuk mengenali mereka.

"PENYIHIR AGUNG ITU KEREN!!!" Blaze, Pangeran keempat, berteriak di samping adiknya.

"Ya 'kan! Ya 'kan!" Thorn, Pangeran Keenam, yang sempat berteriak sebelumnya.

"Hei, kalian! Kembali duduk atau kalian akan jatuh!" Gempa, Pangeran Ketiga, menjadikannya sebagai Pangeran paling tenang diantara saudaranya.

"Biarkan saja, mereka. Nanti kalau jatuh, nangis sendiri." Halilintar, Si Sulung yang selalu memiliki tatapan tajam.

"Hei, Mara! Lanjutkan cerita Penyihir Agung!" Taufan, Pangeran kedua, menjadi pemimpin bagi kedua adiknya, Blaze dan Thorn, dalam membuat kerusuhan.

"Hoam~" Pangeran yang paling pendiam atau lebih tepatnya sangat malas untuk bergerak, Ice, Pangeran Kelima.

Masing-masing berkumpul di ruangan tertutup. Mereka baru saja mendapatkan buku mengenai sihir, setelah kelas sihir dimulai. Guru mereka, Tok Kasa, menyuruh mereka membaca buku tentang dasar sihir, sekaligus dasar sejarah. Mempelajari sihir itu, memang menyenangkan tetapi tidak dengan mempelajari sejarah. Oleh karena itu, Mara, mencoba membantu Para Pangeran untuk mempelajari sejarah.

Seharusnya, Pangeran Lambency ada tujuh. Namun, yang satu, si bungsu tidak menghadiri perkumpulan hari ini, untuk belajar bersama.

Itu karena—

"Aku sudah mempelajari dasar sejarah."

Pangeran ketujuh, si bungsu dari tujuh bersaudara, Solar. Sama seperti dengan saudaranya, ia juga memiliki bros yang menyerupai bintang, sebagai tanda pengenal.

"Yah~ jika sudah, tidak apa. Tapi, apa yang kamu lakukan di ruangan ku?" Tanya Amato, Raja Lambency sekaligus Ayah bagi Ketujuh Pangeran Lambency.

Berbeda dengan para saudaranya yang berkumpul di ruang kelas yang berada di Istana Siwen, Solar, malah mendatangi Ruang Kerja Sang Ayah, di Istana Utama.

"Aku bosan." Jawabnya, sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya. Solar duduk di sofa yang ada di dalam ruangan.

"Meskipun begitu, seharusnya kamu ikut dengan saudaramu yang lain." Ucap Amato, menjatuhkan tubuhnya di sebelah kanan Solar.

Solar, menggembungkan pipinya. "Tidak mau! Cara Mara membacakan buku, seperti membacakan dongeng! Itu kekanak-kanakan sekali!" Katanya.

"Kekanak-kanakan?" Amato, tersenyum mendengar jawaban dari Solar. "Memangnya kamu bukan anak-anak?"

The Real One CounterattackedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang