33. Kegelisahan

853 163 32
                                    

Please don't be a silent reader, vote and comment untuk menghargai suatu karya.

Happy Reading!!!

[The Real One Counterattacked]

✧♡✧

Pasukan Ksatria Istana, berhamburan keluar karena Ledakan yang terjadi pada satu tempat. Atas perintah sang Raja, mereka membagi dua kelompok. Kelompok pertama, datang ke tempat kejadian. Kelompok kedua, membagi kelompok lagi untuk menjaga keamanan baik dalam Istana maupun luar Istana. Di tempa terjadinya ledakan, kelompok pertama menemukan tiga korban di sana. Salah satu diantaranya, mereka mengenalinya, yaitu Pangeran Pertama, Lambency Halilintar. Lalu sisanya, wajahnya tidak dapat mereka kenali karena kain yang menutupnya.

"Bawa mereka ke Istana." Ucap Halilintar, sambil terus menatap dua korban selain dirinya.

"Baik!"

Dengan sigap, mereka mematuhi perintah Halilintar. Satu diantara para Ksatria, mendekati Halilintar. "Yang Mulia, apa yang terjadi?" Tanyanya.

Halilintar, mengangkat wajahnya. Terlihat matanya yang tidak memiliki cahaya sama sekali. Kepulan asap dari mulutnya, terdengar seakan-akan tengah merintih. "Solar ... Ada dua."

"Eh?"

✧♡✧

Tuk! Tuk!

Amato, dengan gelisah mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. Informasi yang baru saja ia dapat, membuatnya menjadi tidak tenang. Kemudian, kesaksian Keenam Putranya, serta beberapa Ksatria, membuatnya semakin menggila. Untuk melihat kepastian yang benar, Amato tengah menunggu kedatangan seseorang.

"Amato!" Tiba-tiba muncul layar hologram di hadapannya. Terdapat seseorang yang mengenakan topeng logam kelabu. Corak biru muda melengkung di sekelilingnya ke depan, yang mungkin menjadi ruang mata. "Maskmana akan-"

"Tidak usah basa-basi! Katakan saja!" Tegas Amato, memotong kalimat tersebut.

"Amato, tenangkan dirimu. Tidak seperti biasanya kau panik seperti ini." Orang itu memiliki nama Maskmana.

"Pelaku yang telah lama kita cari akhirnya bergerak, bagaimana bisa aku diam saja!" Katanya. "Kau ingin Lambency hancur karena kesalahan memilih yang asli?"

"Baiklah-baiklah." Pasrah nya. "Aku menemukan batu sihir ilusi."

Amato, tercekat. "Sudah kuduga." Gumamnya.

"Tapi, batu sihir ilusi tersebut berbeda dari batu sihir sebelumnya. Jika saat itu batu sihir yang digunakan kecil dan terpencar di seluruh pelosok negeri, maka kali ini tidak. Batu sihir ilusi yang digunakan cukup besar, dilapisi sesuatu yang kuat. Membutuhkan mana' yang besar untuk menghancurkannya."

"Apa sebesar itu?" Amato, mengerutkan keningnya. "Kau sendiri tidak dapat menghancurkannya?"

"Bukannya tidak bisa, hanya saja membutuhkan waktu yang lama untuk menghancurkannya."

"Mustahil! Mana' milik siapa yang digunakan baru sihir itu?" Ujar Amato.

"Untuk itu aku tidak tahu. Ketika aku berusaha mencari tahu. Kepemilikan mana' tidak diketahui."

"Meskipun itu kau?"

Maskmana, menganggukkan kepalanya. "Aku pikir, mana' yang digunakan bukan hanya milik satu orang saja. Aku mengatakan itu, karena samar-samar aku merasakan mana' yang sama dengan Halilintar dan Solar."

Amato, tersentak mendengarnya. "Bahkan mana' Halilintar juga, bagaimana bisa?"

"Iya. Amato, pelakunya bersungguh-sungguh untuk menyingkirkan Solar."

The Real One CounterattackedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang