Aleccia menyeret Alec pergi ke mall lagi, waktu itu dia membeli sepatu tapi tidak sekalian dengan kaus kaki. Meski agak kesal kenapa kemarin ditawari semua dia menggeleng dan sekarang dia ribut seperti anak ayam. Sebenarnya Alec merasa senang saja karena itu berarti kali ini waktu kebersamaannya sedikit lebih panjang, sebelum nanti dia kembalikan anak ini kepada ibunya.
Semua sudah terungkap, dan itu membuat Alec merasa lega hingga ubun-ubun. Apalagi ketika Jully tidak melarangnya lagi menemui putrinya meski setiap hari. Apalagi yang kurang, sekarang dia bebas bisa menggandeng, memeluk juga mencium anak gadisnya. Belasan tahun yang yang tidak bisa ditebus dengan mudah. Alec paham, oleh karenanya dia akan memanfaatkannya dengan baik, mencurahkan kasih sayang yang selama ini terpendam hanya untuk putrinya.
"Kenapa gak kemaren sekalian Aleccia?" tanya Alec yang hanya menurut ketika putrinya menarik tangannya kesana kemari.
"Nope," jawab Aleccia dengan singkat.
"Kali ini Daddy turuti, lain kali kalo beli sesuatu, sekalian." Alec berkata.
"Kemarin Aleccia masih sungkan Daddy," jawab Aleccia.
"Kenapa sungkan? Kan daddy udah tawarin, Aleccia gak mau," tanya Alec kemudian.
"Waktu itu Aleccia gak tau kalo Daddy itu Daddy biologis Aleccia, kan kata mommy gak boleh minta-minta sembarangan." Aleccia memberi alasan.
"Baiklah, sekarang udah tau? Ini adalah daddy Aleccia. So, what do you want?" tanya Alec begitu sampai di jajaran kaus kaki.
"A pair of socks," jawab Aleccia dengan polos.
"Itu aja?" tanya Alec memastikan.
"Yep," jawab Aleccia mengangguk pasti.
"Kita masuk mall, cuma untuk sepasang kaus kaki? Ya Tuhan aku gak paham." Keluh Alec yang hanya memperhatikan putrinya memilih kaus kaki.
"Emang kenapa Daddy?" tanya Aleccia yang bingung.
"Gak, gak ada apa-apa. Udah pilih aja yang Aleccia suka, beli selusin juga boleh." Alec mempersilahkan putrinya.
"Nope, mommy bilang gak boleh belanja kayak gitu Daddy, kita beli yang kita butuh aja." Aleccia menjawab dengan prinsip mirip sekali dengan emaknya.
"Baiklah, sekali lagi aku ngadepin Jully, dalam miniatur." Alec menggumam.
Aleccia tertawa memegang kaus kaki berwarna pink dengan gambar babi kecil. Sebenarnya cuma kaus kaki dia bisa beli di mana aja. Tapi kan kalau pergi ke mall dia bisa ber lama-lama dengan Alec. Bersama orang ini suasana selalu menyenangkan, ada saja yang menarik untuk dibicarakan. Ternyata mempunyai daddy itu semenyenangkan ini. Sayangnya, melihat mereka bersatu dalam keluarga kecil bahagia rasanya hanya seperti mimpi.
"Kenapa gak ambil sendal ini? So cute," tanya Alec menunjuk sepasang wedges.
"Itu lucu Daddy," kata Aleccia memandang suka.
"Mau?" tanya Alec.
"Can I?" tanya Aleccia ragu.
"Sure, if you want to," jawab Alec.
"Yep," jawab Aleccia.
"Pas? Mau apa lagi? Ada baju yang warnanya pas ama sendal ini, mau juga?" tanya Alec menunjuk sebuah manekin yang memakai midi dress.
"Lucu, but ... gimana nanti kalo duit Daddy habis?" tanya Aleccia dengan polosnya.
Sekali lagi harga diri seorang Alec Andreas terbanting keras ke tanah. Penampilannya sama sekali tidak seperti orang yang hidup pas-pasan tapi putrinya selalu mencemaskan kondisi finansialnya. Hal yang berbeda ketika dia bersama dengan pacar atau wanita yang di kencaninya, mereka akan sangat bernafsu menunjuk tas mewah yang terbuat dari kulit buaya atau anak sapi. Seandainya anak ini tahu, seandainya mall ini dijual Alec mampu membelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy, Please Say Yes !
RomanceProses terbit. Red Diamond Publisher. Open PO, Oktober 2024. * * * * * Mencicipi dosa ketika masih di bangku SMP menjadikan Alec dan Jully menjadi orang tua di usia yang masih belia. Pernikahan terlalu dini yang digelar tidak menyelesaikan masalah...