Aleccia jam berapa di kelas, sepertinya memang dia terlalu pagi. Bagaimana tidak, ketika baru sampai di halte Daddy jadi-jadiannya itu sudah menunggu dengan senyum manis, lengkap dengan sebuah bento untuk makan siang. Di Melbourne Aleccia terbiasa mendapat perhatian seperti ini dari uncle Finn, tapi terasa berbeda, dia seorang uncle dan tidak mau dipanggil daddy oleh Aleccia, berulang kali merayu tapi tetap sia-sia. Uncle Finn itu seperti mommy yang sangat sulit dirayu.
Kedatangan Aleccia di Indonesia sejak beberapa bulan lalu memang untuk lebih dekat dengan mommy, kalau sempat mungkin nanti Aleccia akan mencari daddy. Ada banyak bayangan sosok daddy yang selalu berputar di kepalanya. Apakah daddy seperti uncle Finn yang tegas tapi sayang, apa seperti uncle clark yang kebapakan, atau mungkin seperti om Ardi yang kalem dan lembut itu. Entahlah, Aleccia tidak mempunyai bayangan sedikitpun. Meski sebenarnya Aleccia menginginkan sosok daddy seperti om Alec yang sok modis dengan rambut dicat coklat seperti dirinya.
Mommy dulu hanya mengunjunginya ketika liburan saja dan itu kerap membuat Aleccia kangen. Namun meski begitu Aleccia mengerti sekali kenapa dia harus dititipkan kesana kemari. Mommy masih sekolah, Aleccia kan memang hadir ketika mommy masih muda sekali. Hal yang kerap dipikirkan Aleccia, daddy sebenarnya ada di mana. Aleccia belum pernah sekalipun melihat daddy, bahkan dari fotonya pun tidak. Aleccia tidak juga melihat foto pernikahan mommy, mungkin memang mommy tidak pernah menikah, hal seperti itu sudah sering Aleccia temui di Melbourne.
Dan di sinilah dia sekarang, berada di sebuah sekolah swasta biasa dan beradaptasi hingga jungkir balik. Jully sempat berpikir memasukkan Aleccia ke sebuah international School tapi bocah itu menolak, dia ingin sekolah di sekolah yang biasa saja. Bicara Aleccia masih terbata bila menggunakan bahasa, awalnya dia kerap sekali dibully, untung saja Aleccia kerap bergaul dengan aunty Lana, setidaknya perbendaharaan kosa katanya meningkat dengan pesat setelahnya.
Di sekolah ini Aleccia mendapat teman baru, dan dari semua Aleccia hanya dekat dengan dengan tiga orang ini, Trisha, Lorna dan Jovian. Mereka bertiga yang kerap membantu Aleccia sekaligus mem-bully-nya, karena ketika berkumpul dan bercanda Aleccia yang paham paling belakangan, dia lemot karena terhalang bahasa. Ketiga temannya ini yang juga sangat penasaran dengan mommy Aleccia yang belakangan mengantar jemput Aleccia. Karena memang aneh, Aleccia sebesar bagong tapi mommy-nya seperti usia twenty something.
"Aleccia gak tahu Trishaaaa," jawab Aleccia menjawab kesekian kali pertanyaan temannya.
"Aleccia ditanya juga, pelit amat sih gak bagi rahasia!" Lorna menyeru menampilkan wajah kesal.
Belum sempat Aleccia menjawab, rambutnya sudah ditarik dari belakang. Kalau sudah begini Aleccia sudah hafal itu kelakuan siapa. Dari semuanya ada satu manusia usil dan ajaib yang gemar menarik rambutnya. Dia bukan orang jahat, hanya saja itu menjenggelkan.
"Jov ... ! Kenapa suka narik rambut Aleccia sih?" tanya Aleccia yang langsung berbalik dan marah kepada seorang anak cowok yang terdiam seketika dengan sekotak brownies di tangan.
"Ya, kan yang rambutnya panjang cuma kamu, yang enak ditarikin cuma rambut kamu, mana langsung bunyi pula." Jovian menjawab dengan tanpa dosa.
"Nakal!" seru Aleccia kesal.
"Maap," ujar Jovian yang langsung menyodorkan sekotak brownies di depan para gadis.
"Wuah, sering-sering aja Jov kayak gini. Kan perbaikan gizi." Lorna berkata sambil mencomot sepotong brownies.
"Aku cuma bawain Aleccia, kenapa yang lain ikut demen?" tanya Jovian melirik Trisha dan Lorna, tapi mereka berdua cuek.
"Bodo amat," jawab mereka berdua cuek.
"Bahas apaan sik kalian tadi? Seru amat?" tanya Jovian yang juga ikut memakan brownies yang dia berikan tadi.
"Itu lha Jov, tau kan emaknya Aleccia? Masih muda gitu kan ya? Waktu pertemuan nganu itu kan mama sempet liat, kepo lah tu rahasianya apaan?" Trisha menjawab dengan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy, Please Say Yes !
RomanceProses terbit. Red Diamond Publisher. Open PO, Oktober 2024. * * * * * Mencicipi dosa ketika masih di bangku SMP menjadikan Alec dan Jully menjadi orang tua di usia yang masih belia. Pernikahan terlalu dini yang digelar tidak menyelesaikan masalah...