Tadi sudah mengabari kepada sekretarisnya kalau dia akan datang terlambat, tidak ada meeting juga berkas yang perlu divalidasi, Alec mungkin ke kantor agak siang saja. Kesal di hati belum hilang sepenuhnya, rencana mau dekat-dekat dengan Jully gagal total. Dia mengira di klinik nanti dia dipegang Jully dari awal hingga akhir, ternyata wanita itu hanya menuliskan surat pengantar saja dan tidak mau tahu apapun lagi setelah itu.
Alec menyusuri sebuah dessert bar dan menunjuk sebuah box cokelat dengan huruf cantik bertuliskan 'ILY my dear J'. Menaklukkan Jully demikian sulitnya dan mungkin Alec harus mengulangi lagi cara sebelumnya, mengirim cokelat dengan kalimat romantis. Mungkin saja nanti Jully terketuk dan hatinya terbuka, cinta ini sudah terlalu lama kalau masih harus menunggu lagi.
Dan rumah masih juga sepi, Jully bekerja dan putrinya masih sekolah. Sekotak cokelat itu dia letakkan di atas meja rias, banyak harapan terucap semoga pesan tersampaikan dan mereka bisa memulai lagi mengurai benang kusut, menjalin lagi menjadi jalinan selimut hangat yang disebut keluarga. Cinta ini masih ada, bahkan semakin besar ketika melihat Jully dan Aleccia bersama.
"Ya halo," sapa Alec ketika smartphone itu berbunyi.
"Lec, ke kantorku penting." Suara Roland pamannya terdengar sedikit memaksa.
"Yahhhh," jawab Alec malas.
"Sini penting, ada duidnya," balas Roland.
"Sip beres," jawab Alec. Ada duid semua lancar.
Alec meraih dasi juga jas, ada urusan apa si siluman labi-labi itu menyuruh datang ke kantornya. Masalah apapun kan masih bisa dibicarakan di telepon, untung saja dia itu seorang preskom yang mana posisinya masih di atas Alec. Coba saja bukan, pasti Alec akan malas menanggapi lelaki tua itu. Memang dia itu keluarga satu-satunya dari Robin ayahnya, tapi sikapnya itu menjengkelkan.
Sopirnya menutup pintu mobil sementara Alec meraih lagi smartphone itu dan mengetik sebuah pesan untuk Jully.
I have something special for you
Sempurna.
***
Beranjak sore, Jully menerima sebuah amplop dari lab di klinik tempatnya bekerja. Jantungnya berdegub kencang sekali mengalahkan membuka surat cinta untuk pertama kalinya. Dia berlalu begitu saja tanpa memperdulikan ejekan teman-temannya juga senyum kalem yang Ardi lemparkan. Mereka memang selalu mengganggu saja terutama si Miko, apalagi ketika tahu Alec tadi kemari dengan alasan MCU.
"Surat cinta ya Jul?" tanya Miko yang sudah menyenggolnya berulangkali.
"Salting tuh dia," ejek Sara.
"Surat apaan tuh?" tanya Ardi ikut sok bertanya.
"Dibilang surat cinta itu Ar," kata Sara kembali melontarkan ejekan.
"Buruan buka aku mo liat," kata Miko yang malah ikut nimbrung.
"Lama amat sih sini aku bacain," kata Ardi mengambil amplop itu.
"Ehhh Ar jangan Ar," cegah Jully gelagapan.
"Kenapa sih? Alec kenapa tadi kemari pake tes darah segala? Sakit apaan? Asam urat, kolesterol, gula darah, apa penyakit kelamin?" tanya Sara tampa filter.
"Heeeeey ... heeeey ... !" seru Jully.
"Tau aku tuh, pasti sakit cinta." Ardi berkata sambil tertawa.
"Mana yang ngomong mantan, dalem." Miko menyindir.
Jully menggeleng dan segera masuk ke ruangannya, berlama di luar dengan benda itu di tangan tidaklah aman. Selain tentang beberapa STD itu Jully memang menyertakan yang lainnya, entah berapa cc darah yang mereka ambil tadi Alec tidak bicara. Pria itu hanya melirik kesal ketika melewati ruangannya. Kekuatiran terbesar Jully memang STD, tapi memastikan Alec sehat sepertinya juga keharusan. Dia daddy dari putrinya, kalau terjadi apa-apa dengannya bisa saja nanti Aleccia sedih. Alasannya begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy, Please Say Yes !
RomanceProses terbit. Red Diamond Publisher. Open PO, Oktober 2024. * * * * * Mencicipi dosa ketika masih di bangku SMP menjadikan Alec dan Jully menjadi orang tua di usia yang masih belia. Pernikahan terlalu dini yang digelar tidak menyelesaikan masalah...