Trisha merebut tas Aleccia yang baru saja datang, kalau malam terlalu asyik chat sama ayang, jelas tugas akan terlupakan. Seingatnya, sejak Aleccia ada bapaknya setidaknya anak itu jadi agak rajin. Punya teman rajin harus dimanfaatkan, sayangnya dia pelit sekali, dasar tidak setia kawan.
"Lec, nanti aku traktir." Trisha kembali merayu memelas.
Melihat itu Aleccia malah nyengir. "Ogah," jawabnya dengan songong.
"Lec, tau gak di dekat pertigaan ada toko es krim enak, aku belikan, tapi sekarang nyontek dulu." Trisha terus saja melancarkan rayuan.
"Cuma es krim, Aleccia ini gadis berkelas jadi jangan cuma disogok dengan es krim Trisha." Aleccia kembali kumat.
"Hilih, eh pinjem." Trisha jadi kesal, tas itu direbutnya kembali. "Pelit."
"Biarin, Aleccia itu kadang memang pelit, baiknya kadang-kadang saja," balas gadis dengan rambut setengah pirang itu.
"Astaga, ngomong masih susah payah, sok pula ngelawak." Trisha hampir putus asa.
Lorna muncul membawa satu kantong chips, melihat dua kawannya sudah berolahraga di pagi buta agak heran. Rain sekali, padahal sekarang belum waktunya pelajaran olahraga. Atau itu malah gelud? Pagi sudah gelud, enak juga makan.
"Ngapain?" tanya Lorna terheran melihat Aleccia dan Trisha saling piting.
"Ini Aleccia pelit, pinjem PR gak dikasih." Trisha mengomel kesal tapi Aleccia malah tertawa.
"Lah gimana mau kasih, bukunya aku bawa." Lorna dengan tenang berjalan menuju kursinya.
Trisha melepas tas Aleccia seketika dan Aleccia ketawa puas. Kapan lagi ngerjain Trisha. Suruh siapa malas PR tidak dikerjakan. Ini Aleccia tadi malam mengerjakan dibantu oleh uncle Finn, sudah malam tidak boleh merem dulu sebelum semuanya selesai. Mau tengah malam suruh bereskan PR dulu.
"Lec, belakangan jadi rajin?" tanya Trisha menyalin.
"Itu, bapaknya sudah balik," sahut lorna.
"Eahhh pantes, eh aku ikut seneng. Udah gak tantrum lagi macam bocil minta balon." Trisha terharu.
"Iya bener, daddy sudah kembali, kayaknya sebentar lagi mau menikah sama mommy, lalu buat adek." Aleccia semringah bahagia.
"Nah itu, bener, jangan kebalik lagi." Trisha menyahut senang.
Lorna mengerutkan kening. "Adek apaan?" tanyanya.
"Adek baby laaaah, yang bisa ketawa ngiler juga ngompol." Aleccia kembali terbayang adek bayi.
"Lah bukannya kapan hari gak mau punya adek?" tanya Trisha terheran. "Gak usah adek nanti momong, aku kasih kucing aja satu mau?"
"Ehehehe, adek baby manusia bukan kucing Trisha." Aleccia menjelaskan dengan sabar.
"Lec, kalo adek itu emak bapak gak usah suruh bikin. Aku sumbang satu, ada tiga di rumah aktif semua. Cape." Lorna malah menawarkan adeknya.
Aleccia segera manyun. "Adeknya Lorna? Ogah nanti kayak Lorna."
"Huum bener, gak usah saja Lec," kata Trisha menatap kasihan, menambah beban hidup saja nanti.
"Lah iya, Aleccia mau adek dari mommy and daddy, pasti adeknya Aleccia itu manis, lucu, imut, gemoy," kata Aleccia halu.
Baiklah, aminkan saja.
***
Alec setengah duduk di Exam bed dan Jully berada di dekat kaki. Sejak tadi ada pandangan sinis yang terlempar, antara kesal tapi juga kepingin ngakak. Anggi hanya menggeleng beberapa kali, si dokter umum di sampingnya ini bagaimana bisa sudah terjerat sama setan satu ini, mana masih SMP pula waktu itu. Benar-benar buaya. Dia dan kawan baiknya si Sandy Badjing itu, astaga mereka serasi sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy, Please Say Yes !
RomanceProses terbit. Red Diamond Publisher. Open PO, Oktober 2024. * * * * * Mencicipi dosa ketika masih di bangku SMP menjadikan Alec dan Jully menjadi orang tua di usia yang masih belia. Pernikahan terlalu dini yang digelar tidak menyelesaikan masalah...