Jully kembali murka, selama ini dia membesarkan Aleccia sendiri ketika di Indonesia.Tidak ada yang memprotes apapun tindakannya bahkan papa dan mamanya, Anak itu meski selalu mengoceh tapi dia itu penurut dan tidak pernah melawan Jully. Semua baik-baik saja, sesekali memang ada keributan kecil, wajar saja mereka ibu dan anak, tidak gelud tidak afdol.
Keadaan berbeda setelah negara api yang dipimpin oleh Alec Andreas datang, dia seolah mengambil alih kendali dan Jully tidak menyukainya. Sistem parenting Jully kerap mendapat protes, Jully menjadi kesal sekali. Memangnya Alec tahu apa tentang membesarkan anak, yang dia tahu hanya cara merayu wanita dan meniduri mereka. Orang itu, kenapa kalau bicara tidak terbantahkan meski Jully sudah berusaha.
Bagaimana Jully tidak kesal dan menjadi uring-uringan, sekuat tenaga Jully mengingatkan putrinya, jangan terlalu dekat dengan anak laki-laki. Tapi kemarin dia malah dengan tertawa lebar bercerita, kalau dia habis jadian dengan Jovian, teman sekelasnya. Bukannya jahat, Jully hanya tidak ingin kejadian yang sama seperti kepada dirinya terulang di kehidupan Aleccia. Tapi Alec malah mempunyai pemikiran lain dan itu membuat Jully kecewa.
"Aku cuma melindunginya Lec," kata Jully dengan galak.
"Dengan cara kayak gitu?" tanya Alec.
"Lihat kita, aku cuma gak mau dia terjerumus seperti kita dahulu." Jully memberi alasan yang tepat.
"Ya gak gitu juga caranya Jully, terlalu mengekang anak bisa buat mereka jadi gak jujur," ucap Alec.
"Memangnya kamu tau apa?" tanya Jully dengan sinis.
"Jully, dengerin aku bentar. Kalo kamu gak mau anakmu tenggelam, jangan larang dia deketin kolam renang, tapi ajarin berenang dan survive." Alec berceramah.
"Bicara apa kamu?!" tanya Jully masih sinis.
"Kalo kamu, pengen dia gak keperosok kayak kita, gak perlu larang dia pacaran. Cukup beritahu batasannya sampai mana dan kita beri kepercayaan, kalo dia mampu diberi tanggung jawab itu." Alec melanjutkan.
"Bicara saja mudah Alec," kata Jully yang masih tidak mau kalah.
"Aku gak cuma bicara, dia sudah aku ajari, kalem." Alec membela diri.
"Gak akan ada gunanya!" seru Jully masih ngeyel.
Alec menghela napas dalam, baiklah percakapan ini sia-sia dan hanya akan berakhir dengan pertengkaran bila dilanjutkan. Jully masih saja kolot seperti dulu, tetap sulit mengubah pandangannya tentang sesuatu. Dia mungkin lupa, yang dibesarkan sekarang adalah seorang anak gadis, bukan seekor kelinci. Mengekang anak remaja akan membuatnya memberontak dan hilangnya kepercayaan terhadap orang tuanya.
Apa Jully tidak pernah muda?"Jul, kamu kerepotan ga sih ngasuh Aleccia sendirian?" tanya Alec lembut.
"Kenapa tanya begitu?" tanya Jully semakin galak.
"Kita balikan yok, nanti aku bantuin momong anak gadis," rayu Alec.
"Mimpi sajalah kamu!" seru Jully semakin emosi.
"Galak," bisik Alec.
"Pulang ... !"
***
Baru juga Aleccia duduk sudah ada yang menariknya dari belakang, selalu saja teman-temannya ini, kalau tidak menarik-narik rambutnya mungkin mereka akan gatal-gatal. Tapi kali ini yang menarik rambutnya adalah Trisha, dia penasaran tidak karuan bagaimana akhirnya Aleccia mau berpacaran dengan Jovian. Siapa yang tidak tahu cowok itu menyukai Aleccia sejak lama, tapi bukankah gadis itu dilarang berpacaran oleh emaknya.
Jovian, si anak tunggal pengusaha retail offline juga online itu memang lumayan tampan. Tapi kelakuannya terkadang membuat temannya mengelus dada, kalau bicara asal bunyi, memang mereka cocok kalau bersama. Dia bukan cowok nakal, hanya saja usilnya setengah mati. Selebihnya dia baik, poin plusnya adalah dia gemar jajanin teman-temannya. Kan kenyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy, Please Say Yes !
RomanceProses terbit. Red Diamond Publisher. Open PO, Oktober 2024. * * * * * Mencicipi dosa ketika masih di bangku SMP menjadikan Alec dan Jully menjadi orang tua di usia yang masih belia. Pernikahan terlalu dini yang digelar tidak menyelesaikan masalah...