31. Sepotong Cinta.

21.2K 1.2K 119
                                    

Hay 😘

Ges, ada editor nawarin gw nulis eks di fizzo. Kira2 kalo gw nulis di sana lu pada mo nyamperin kagak? Trus paling demen crita apaan? Jan yang berat otak gw cetek. Belom gw iyain sih, masih mikir. Orangnya minta kontrak Alec Fam cuma gak gw kasi 😂 jadi nawarin nulis juga di sono.

Oiya, jan kuatir, fizzo gratis gapake koin. So, pertanyaan gw di atas Tulung jawab yakkk.

Meski gapake koin, gw bisa dapet duid sih kalo kalian pada nyamper apalagi ngerusuh 😂😂😂 Mayan bisa buat Cakil ciyop kek Gimbul.

Demikian sekilas iklan di hari ini.

*Author somplak.
__________________________________________

"Kalian berdua ini emang sama aja." Jully mengomel pelan. 

Tangis Aleccia sudah usai tapi bukannya rukun malah mereka berdua ribut lagi, Jully yang terbiasa dengan ketenangan dan hanya suara Aleccia saja yang dia dengar jadi merasa terganggu. Alec begitu memanjakan Aleccia, akan jadi seperti apa kalau anak terlalu dimanjakan seperti itu. Jully sudah kesal tapi rupanya Alec malah menikmatinya. 

"Kami kenapa?" tanya Alec. 

"Ya, kami kenapa Mommy?" tanya Aleccia dengan sama polosnya. 

Jully semakin kesal mendengar pertanyaan polos dari bapak dan anak itu. Segera dia meraih tasnya dan melangkah keluar, "aku pergi saja." Ungkapnya. 

"Lho Jul, mau kemana?" tanya Alec bingung tapi Jully sudah melesat pergi tanpa menjawab. 

Aleccia menatap polos ke arah bapaknya dan bertanya, "Mommy marah? Kenapa Mom pergi?"

"Mana Daddy tau Aleccia," jawab Alec yang tidak sadar dengan dosa sendiri. 

"Wahhh, padahal kan Aleccia masih kangen," gumam gadis kecil itu. 

"Bukan masalah kangennya Aleccia, masalah sebenarnya adalah kalo mama Jully pergi, yang nyopot ini siapa?" tanya Alec mengangkat tangannya, jarum infus masih menancap di situ. 

"Wuahhh iya," jawab putrinya baru sadar. 

"Nah kan?" gumam Alec perlahan. 

"Kasian Daddy." Aleccia menggumam juga. 

"Enak aja,"

***

Aleccia berseru gembira, semua menyangka Jully marah lalu pulang, ternyata tidak. Wanita itu ternyata hanya turun dan membeli beberapa makanan. Dengan tenang dia menata belanjaannya di atas meja sementara Aleccia mengoceh seperti anakan burung sambil mencomot semua makanan yang di beli Jully. Seluruh belanjaan Jully adalah makanan siap santap, dia tidak bisa memasak. 

"Aku pikir, kamu pulang." Alec membuka suara. 

"Telingaku penuh dengerin kalian, sebaiknya keluar saja, beli makan malam." Jully menjawab dengan dingin. 

"Mommy, tadi daddy cemas. Daddy takut kalo Mommy pergi." Aleccia membongkar. 

"Oya," jawab Jully sedikit tersipu. 

"Iya Mommy, kan kalo Mommy pergi daddy takut gak ada yang bantu lepasin infusnya." Aleccia menjawab dengan polos diikuti oleh tatapan tajam bapaknya. 

Wajah Jully yang terlanjur memerah seketika memudar, sementara Alec memandang tajam ke arah putrinya yang malah bengong tidak merasa berdosa. Kenapa juga Aleccia harus jujur segala, padahal tadi Jully terlihat senang. Harusnya suasana menjadi romantis tapi Aleccia mengacaukan dengan perkataan seperti itu. Jully kembali kesal, padahal tadi hatinya sempat tersentuh ketika menganggap Alec benar menginginkan kehadirannya. 

Mommy, Please Say Yes !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang