35. Warming Up.

21.3K 1.2K 104
                                    


Hay, makasih yang udah nyamper di fizzo. Om Sandy merajalela dengan bini dua di sana. Oiya, mau kasih info. Judulnya ganti ya sodara. Bukan lagi sugar daddy Wants A baby tapi jadi LOVE, EDITHIA.

Om Sandy dan pelakor gemesin.

Rencana mo dibikin agak panas secara tokoh nganu semua. Lah sama editornya dibilang gw kagak cocok buat gituan. Style gw Cocok buat karya genre youth aja banyakin kisah babigulanya dan permasalahannya. Berarti anakan lucipret bakal banyak nongol. Astaga kudu gandeng bapak alfreyISP lagi buset.

Jadi, adegan nganunya kagak jadi banyak, kurang2in nganunya. Soalnya rate 21+ nya diturunin sama mbak editor jadi 18+ 🤧 kan jadi batal maksiat akutu. Mungkin emang gw masih unyu, makanya gaboleh bikin cerita yang hot macem kompor.

Dah, makasih yang dah mampir. Gimbul bakal nongol lagi di sana. Baru publish sampe 6 bab. Males baca bisa pake suara, kurang apa coba.
__________________________________________
__________________________________________

Pelatihan itu buyar dan berakhir dengan Jully kumat ngambeknya, dia tidak mau lagi melanjutkannya dan hanya bilang sebaiknya ke rumah sakit saja setelah melakukan itu. Wajahnya semakin terlihat sewot waktu putrinya kembali bertanya, padahal hanya pertanyaan sederhana tapi Jully begitu terganggu. Alec tidak bisa berbuat banyak, semua tahu kalau Jully sedang mengamuk itu seperti apa, hanya Aleccia yang tidak peka dan masih saja bertanya.

Wajahnya yang sedikit canggung itu membekas di kepala Alec hingga kini, berulang kali Alec meliriknya tapi Jully pura-pura tidak melihat. Tapi ketika waktunya makan malam dan semua berada di dapur, mau tak mau Jully bergabung karena rasa ingin tahunya. Tapi lagi-lagi di situ dia tidak berguna, karena ternyata Alec lebih pawai dan sudah ada Aleccia yang terus meneteskan airmata ketika memotong bawang.

"Wih masak," ucap Jully terpesona, akhirnya dapur itu berguna lagi entah berapa lama. Kalau bukan karena Lana yang berkeras hati membereskan urusan dapur ini, bisa dipastikan kalau Jully tidak akan punya bagian penting itu di rumahnya. Dan semuanya memang Lana yang memilih, kitchen set dengan model kabinet yang entahlah. Juga kompor yang tak ada nyala apinya, benda kotak berpintu yang katanya untuk menghangatkan makanan atau membuat mie rebus. Dan satu-satunya benda yang mahir digunakan olehnya hanyalah mesin kopi yang mana cukup memasukkan air dan memasang kapsul.

"Hai Mommy, Aleccia bantu Daddy," kata Aleccia dengan semangat berdiri memgang pisau.

"Hati-hati pegangnya ya, awas keiris," balas Jully.

"Aleccia pinter kok Mommy, tadi Daddy ajarin," jawabnya dengan serius dan aroma bawang itu menyeruak kemanapun.

"Daddy's girl," puji bapaknya yang demikian bangga.

Semarak seperti ini, tentu tidak ada sebelumnya, hanya ada dirinya dan Aleccia saja yang berceloteh tanpa henti bercerita banyak hal. Jully yang sudah lelah bekerja jadi semakin lelah tapi masih harus menyahuti anaknya. Terkadang, sudah teler tapi begitu menjemput Aleccia di rumah Lama, so bocah masih minta jus dan kebab. Padahal menurut Aunty anak itu baru menghabiskan semangkuk nasi goreng. Makannya banyak betul.

"Aku, bagian apa?" tanya Jully.

"Cuci piring, nanti kalo udah selese," jawab Alec tanpa menoleh.

"Jahat," gumam Jully.

Jahat katanya, memang. "Kamu cukup ahli nyuci, daripada motong sayur," balas Alec.

"Jahat," gumam Jully sekali lagi.

Mommy, Please Say Yes !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang