"Itu minuman jangan diaduk mulu, ada ikannya nanti malah jadi mabok." Lana mengomel kesal.
"Tanganku nganggur Na," jawab Jully galau.
"Aleccia gimana?" tanya Lana.
Dia bertanya Aleccia, ya tidak ada yang berubah. "Ngamuk tiap hari," jawab Jully.
"Lagi Daddy blues dia," sahut Lana asal.
"Mana ada yang begituan," omel Jully, yang ada itu baby blues, demen buat acara sendiri memang ini orang.
Lana menyodorkan sepiring schotel ke arah temannya. Dari kemarin tidak dilihatnya si Jully ini makan, bagaimana kalau tubuh ramping itu menjadi semakin ramping nantinya. Si bocah gede itu memang membuat pusing semua orang dengan tingkahnya. Lana saja setiap mendengar dia mengamuk saja makan rasanya tidak tertelan, bagaimana emaknya.
"Makan dulu lah," kata Lana kuatir sahabatnya kurang gizi.
"Gak laper," jawab Jully malas. Kepikiran semuanya, seperti tidak ada benarnya.
"Aleccia tadi udah makan?" tanya Lana perhatian, kalau keponakan mogok makan juga bagaimana.
"Mau, tapi cuma roti dan susu. Minta steak buatan bapaknya, lah gimana modelnya Alec aja gak ada," jawab Jully.
Baiklah, mari membicarakan Alec. Terakhir kalinya Lana melihatnya ketika mengunjunginya di rumah sakit. Alec memang benjut, tapi yang parah adalah luka dalamnya. Tulang itu patah untung tidak parah dan menusuk organ dalamnya. Alec terlihat muram dan galak, biasanya masih bacod tapi kemarin itu tidak.
"Nasib kalian gimana?" tanya Lana.
Otaknya nge-lag segera. "Nasib siapa?" tanya Jully bengong.
"Kamu lah, ama Alec," jawab Lana, kan sejak tadi bahas itu, bagaimana sih.
"Gak tau," gumam Jully memelas.
"Gak nanya?" tanya Lana penasaran, setidaknya tanya dong biar tidak kepo.
"Nanya? Mana berani," gumam Jully lagi, bicara saja pelit, tampang begitu.
"Iya sik paham sik, Alec itu kalo ngomong kayak apa paham bener akutu. Kadang emang mo nyautin itu susah bener ini mulut," ujar Lana.
"Tuh tau," jawab Jully, mengamuk tapi dengan diam itu menyeramkan.
"Sedari dulu tuh orang emang paket komplit, meski akademik gak pinter amat tapi dah kek perfect bad boy. Brengsek tapi ngangenin." Lana menggumam.
"Tau ah Na," kata Jully pelan. Meski dia juga mengamini yang dikatakan oleh temannya.
Lana akhirnya menjelaskan, sejak kepergian Jully nakalnya Alec bertambah berkali lipat. Apalagi embahnya yang dari Belanda itu datang dan menghadiahinya sebuah mobil sport. Jadinya ya semakin blangsak. Kalau sedang duel tidak pernah mau mengalah, jadi sebaiknya kalau turnamen mending lawannya mengukur diri saja daripada babak belur. Makanya heran, gelud sama Finn kok Alec yang KO. Di luar nalar.
"Dia cari perhatian," kata Jully perlahan. Apalagi kalau tidak cari perhatian.
"Berusaha buktikan diri, butuh pengakuan. Tapi malah terlihat songong." Lana menambahkan. Memang begitu, songong.
"Dia mana mau terlihat lemah, waktu di rumah sakit aku tolongin aja gak mau," keluh Jully.
"Aku aja diusir," gumam Lana kesal, songong banget beneran, serius.
"Harga dirinya ketinggian," ucap Jully mengawang.
"Lelaki emang kayak gitu," tambah Lana. "Ngomong apa kamu nanti sama Aleccia?" tanyanya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy, Please Say Yes !
RomanceProses terbit. Red Diamond Publisher. Open PO, Oktober 2024. * * * * * Mencicipi dosa ketika masih di bangku SMP menjadikan Alec dan Jully menjadi orang tua di usia yang masih belia. Pernikahan terlalu dini yang digelar tidak menyelesaikan masalah...