84. Teman Geblek.

2.6K 203 83
                                    

Lana yang sedang jogging santuy melewati rumah Jully mundur seketika ketika tanpa sengaja melihat pemandangan yang aneh. Ada sosok orang ganteng sedang mengelap mobil, baiklah harus diakuinya sopir baru milik kawannya itu terlalu hot, mana rajin amat pagi buta sudah sampai dan mulai bekerja. Jadi curiga itu datang kepagian atau tidak pulang.

"Psssst, cowok ... ada cewek lewat nih, gak pengen godain?" tanya Lana sok genit.

Alec mendongak sesaat dan kembali mengelap mobil. "Gak selera," jawabnya cuek.

"Buset gak selera katanya," gerutu lama yang sebenarnya mau kaget tapi kok ya paham. "Hey pagi amat kemari? Profesi baru nih, Bapak?" tanyanya usil.

"Hushh ... ! Enak saja," balas Alec galak.

"Kasian amat, dipecat dari kantor? Terus banting setir jadi sopir pribadi?" tanya Lana membuat hipotesa sendiri.

"Itu pabrik punyaku sendiri, bisa dipecat dari sana ini gimana cerita?" tanya Alec yang sekalian menyombongkan diri.

"Heleh sombong," ucap Lana tidak terima.

"Lah, kalo sombong sih udah bawaan orok," balas Alec congkak.

Tidak bisa dipungkiri, yang diucapkan oleh pria yang sedang memegang kain lap itu tidak salah. Dia memang sudah congkak sejak lahir, songongnya itu terkenal sejak jaman SMP, tidak disangka kalau sekarang congkak itu semakin meraja lela.

"Buset, eh umpama dipecat juga gak apa-apa kali Lec. Nanti lamar saja ke butik. Boleh lah nanti jadi obe gitu meski aku gak butuh-butuh amat. Lumayan gaji setarain UMK, ikhlas." Lana kembali meracau.

Alec membanting kain lap itu di atas kap mobil. "Na, mau aku lap sekalian itu muka pake kanebo?" tanyanya kesal.

"Hih, galak," ucap Lana kesal, orang kok amit-amit galaknya.

"Emang," balas Alec tidak mau kalah.

"Sombong," tambah Lana emosi.

"Bodo amat," jawaban Alec tidak peduli.

"Juuuul, ini lakinya siapa sih kek gini amat? Buat tumbal boleh?" tanya Lana berteriak nyaring.

"Heh berisik, lagian Jully juga masih tidur." Alec segera menyahut dengan nyaring.

"Eh tumben?" Lana menggumam dalam tanya.

Dia celingukan, dari dalam sana sudah terdengar teriakan di pterodactyl itu tapi suara emaknya sama sekali tidak terdengar.  Sedikit curiga, Jully kenapa. Biasanya dia juga bangun pagi sekali, sekarang sudah jam berapa katanya belum bangun. Ini ceritanya dia habis jaga malam apa habis dianiaya sama bule gila ini.

"Eh, Jully mana? Tumben bener masih tidur?" tanya Lana, kembali mencari-cari.

"Kecapekan dia, gak bisa bangun," balas Alec santuy, kembali mengelap mobil.

"Kok bisa? Kecapekan dan sakit?" tanya Lana mengejar.

"Enggak, kecapekan doang terus tidur," jawab Alec dengan raut wajah bahagia.

"Kecapekan ngapain pula dia ya? Paling kerjaan pulang dari klinik cuma momong bocah, mana udah gede," gumam Lana yang sama sekali tidak terpikir.

"Pake tanya ngapain, ya habis aku ajakin lembur lahhh, kerja kelompok." Alec mesam-mesem.

"Eh apa?" tanya Lana  kaget.

Jelas Lana kaget, mulut Alec memang rusuh tapi yang barusan dia bicarakan itu apa. Otaknya yang memang setelan ngeres larinya kesana. Tapi agak kurang yakin juga, meski mereka mau menikah lagi tapi ya masa Jully mengulang kebegoan yang sama. Tapi, mereka kan ya memang begitu, kadang sama-sama bego.

Mommy, Please Say Yes !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang