"Ahhhh, perih," rintih Alec ketika Mita membersihkan lukanya.
Mita nelangsa melihat majikannya babak belur seperti ini, terakhir kali benjut itu waktu dikeroyok di tengah jalan tapi tetap tidak separah ini. Kalau dulu pintar sekali habis berkelahi pergi ke rumah sakit sendiri, sekarang malah cuma mengomel tapi terus saja merintih. Di wajahnya ini tidak hanya ada memar tapi juga beberapa luka kecil. Entah di bagian lain, Mita sudah mau membantunya mengganti bajunya tapi majikannya menolak, mau gerak rasanya badan sudah sakit semua.
"Ke rumah sakit aja yok Pak," bujuk Mita.
"Gak ah," gumam Alec.
Ke rumah sakit? Jangan lupakan kalau rumah sakit yang terdekat di sini dan paling bagus adalah milik emak bapaknya mantan. Dahulu Alec bertemu dengan Lea di IGD waktu babak belur seperti ini juga. Kalau kali ini mama Katya atau papa Andre memergokinya babak belur habis berkelahi karena wanita pasti akan diejek. Menolak anaknya untuk mendapatkan wanita yang tidak pasti. Alec mengerang lagi, Mita benar-benar tidak profesional, untung bukan dokter, kasihan pasti pasiennya.
"Mita bukan dokter Pak, kalo infeksi gimana? Mana Bapak ngeludah mulu," gumam Mita mengulurkan selembar tissu lagi.
"Gimana lagi, gak enak Ta rasanya. Asin-asin anyir gitu mulutku," jawab Alec.
"Ya kan emang masih berdarah Pak," sahut Mita.
"Cerewet amat sih," omel Alec lagi.
"Ya kan bapak gini bentuknya," jawab Mita membersihkan pelipis Alec yang juga terluka.
"Aduhhh, Ta ... ! Gak bisa pelan?!" seru Alec semakin ngamuk.
Mita tidak melanjutkan lagi membersihkan luka, kena marah terus. "Mita panggilan ibu ya Pak, kan ibu dokter." Mita segera mengambil smartphone.
"Berani panggil ibu, pecat ... !!" seru Alec kesal.
"Eh siapa mau dipecat?" tanya Ami yang tiba-tiba muncul.
"Kamu," jawab Alec semakin emosi, kenapa malah bertambah satu lagi manusia tidak berguna. Perasaan hanya memanggil Mita kenapa Ami juga ikut muncul.
"Lho ... Pak ... ?!" seru Ami kaget.
"Gak usah nanya!" seru Alec.
Ami menggeleng dan meraih sehelai tisu, pak boss sudah babak belur parah. Dengan hati-hati dia mengusap ujung bibir Alec yang terlihat memerah lagi untuk kesekian kali, "Abis dikeroyok orang lagi Pak?" tanyanya heran. Demen amat gelud.
"Abis kelahi sama orang," gumamnya.
"Orangnya cuma sebiji?" tanya Ami yang dijawab dengan anggukan kepala Alec. "Pak, bikin malu perserikatan saja. Lawan orang sebiji aja kok benjut begini, ban ganti aja Pak jangan item, yang belang aja kayak kresek." Ami menyindir dengan puas.
"Sekretaris kurang ajar, yang kulawan itu kakaknya ibu. Ya masak aku hajar beneran, mati gimana?" tanya Alec.
"Bapak, kelahi kok ya sama calon ipar." Ami menggeleng, bos somplak.
"Bunyi lagi, turun jabatan jadi Oge," gumam Alec.
"Bapak ini aneh-aneh, kelahi kok sama calon kakak ipar mana gak niat geludnya, benjut doang kan ni jadinya. Susah sendiri kan? Kalo gantengnya ilang repot loh Pak," cibir Ami.
"Mi, besok jadi Oge ya kamu," omel Alec.
Ami cuma tertawa tidak perduli, "Ta telpon ambulance gih. Bawa ke rumah sakit aja." Ami menoleh ke arah Mita yang masih bengong.
"Maunya gitu lah Bapak marah-marah, aku mana berani." Mita melirik pak boss.
"Tiap hari juga marah-marah," gumam Ami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy, Please Say Yes !
RomanceProses terbit. Red Diamond Publisher. Open PO, Oktober 2024. * * * * * Mencicipi dosa ketika masih di bangku SMP menjadikan Alec dan Jully menjadi orang tua di usia yang masih belia. Pernikahan terlalu dini yang digelar tidak menyelesaikan masalah...