Aku benar-benar pulang sendirian ke Seoul. Taeyong Oppa sempat membujukku untuk tinggal semalam lagi dan kembali besok bersama dengannya. Tapi aku menolak. Aku bersih kukuh ingin kembali hari ini juga meskipun aku tahu bahwa sesampainya aku di rumah, aku hanya sendirian. Dan walaupun aku benci berada sendiri di rumah sebesar dan seluas ini, aku harus mengesampingkan perasaanku itu demi egoku.
Apa kalian pikir Faith Eonni ikut membujukku seperti suaminya ? Jawabannya tentu tidak. Kakakku itu justru menantangku.
Daddy sudah berangkat ke Eropa. Dia tidak akan berani pulang sendirian.
Begitu kira-kira ucapan Faith Eonni pada Taeyong Oppa. Bagaimana emosiku tidak semakin tersulut ? Faith Eonni pikir aku masih anak umur lima tahun yang mengira ada monster bersembunyi di bawah tempat tidur dan di balik lemari bajuku apa ? Aku sudah dewasa !!!! Aku tidak takut lagi dengan omong kosong seperti itu.
Mungkin sedikit....
Tapi ini saatnya aku membuktikan pada Faith Eonni. Aku juga anak yang pemberani seperti dirinya.
Untung saja, saat aku tiba di rumah kami-rumah Appa sih sebenarnya.-di Seoul, Daddy tidak lupa menyalakan lampu di bagian luar maupun di bagian dalam rumah. Jadi meskipun aku tiba saat hari mulai gelap, rumah itu tidak terlihat terlalu mengerikan.
Menginjakkan kaki di ruang santai, aku langsung menyalakan televisi dengan volume yang cukup kencang. Kata Naeun Eonni, setan tidak suka dengan yang namanya keributan. Setelah puas dengan volume suara yang dihasilkan, aku melangkah menuju ke kamar pribadiku yang ada di lantai dua. Setelah menyalakan semua saklar lampu, bahkan yang ada di kamar mandi, aku merebahkan tubuhku di atas kasur.
Di langit-langit kamar, ada replika lukisan yang aku pernah aku buat dengan Renjun Oppa dulu. Jangan kalian pikir lukisanku itu seperti lukisan karya maestro terkenal. Lebih cocok seperti aku sedang menumpahkan banyak warna yang tidak jelas di sana. Abstrak. Tapi aku masih bisa mengingat suara tawa Renjun Oppa ketika melukis bersamaku. Aku bisa mengingat dengan jelas wajah bahagia Renjun Oppa meskipun wajahnya penuh dengan cat air yang berasa dari tanganku.
Itu sebabnya aku sangat menyukai lukisan ini. Dibantu Naeun Eonni, kami membuat replikanya dan dijadikan sebagai wallpaper di langit-langit kamarku.
Ya..... sebesar itu kira-kira aku menyukai Renjun Oppa. Aku bahkan menolak semua surat cinta dan cokelat yang diberikan saat White Day tiba. Aku hanya ingin menjaga hatiku untuk Renjun Oppa. Aku menunggu Renjun Oppa untuk pulang.
Aku kemudian menoleh ke arah dinding yang ada di samping meja belajarku. Tempat itu menjadi kolase foto-fotoku bersama Renjun Oppa dulu. Tidak hanya foto, tetapi lukisan-lukisan kami yang lain juga aku pajang di sana.
Di bagian tengah, ada artikel berita yang aku unduh dari internet.
Huang Renjun Memutuskan Untuk Hiatus Dari NCT Dream. Keenam Member Yang Lain Akan Melanjutkan Aktivitas Sebagai NCT U.
Selama aku menghabiskan waktuku di Perusahaan, aku tahu bagaimana Renjun Oppa mencintai karier bernyanyinya. Renjun Oppa juga mencintai anggota NCT Dream yang lain. Dua hal itu adalah hal yang sangat penting bagi Renjun Oppa.
Jika menyanyi dan NCT Dream tidak lagi bisa membuat Renjun Oppa kembali, apakah mungkin, Renjun Oppa sudah menemukan cinta yang lain di tempatnya sekarang ?
Suara derit pintu membuat atensiku teralihkan. Tanpa dikomando, otakku langsung memikirkan kisah-kisah seram yang aku takuti dulu.
Aku menajamkan telingaku. Dan tiba-tiba aku mendengar suara wanita menjerit. Langsung saja aku menarik selimut dan menutup seluruh tubuhku sambil merapalkan semua doa yang sudah diajarkan padaku sejak aku kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unmei no Akai Ito
FanfictionUnmei no Akai Ito, selanjutnya disebut sebagai Benang Merah Takdir, merupakan kepercayaan Jepang yang sebetulnya berasal dari Cina. Konon, di jari kelingking setiap orang ada benang merah yang tak kasat mata, yang akan terhubung dengan jodohnya. Han...