3rd POV
Dengan gerakan yang sangat pelan dan hati-hati, Donghae membuka pintu kamar Hyukjae. Hatinya mencelos saat melihat kondisi Hyukjae sekarang. Ingatan Donghae melayang ketika mendiang istri Hyukjae meninggal, ketika putri sulungnya mengalami kecelakaan dan divonis kehilangan penglihatannya, dan yang terakhir ketika kedua orang tuanya berpulang. Hyukjae, meski tertatih-tatih, berusaha untuk tetap berdiri tegap.
Namun, sepertinya, berita tentang kecelakaan pesawat yang menimpa Melody seperti merenggut semua semangat hidup Hyukjae. Sudah lima hari berlalu sejak seluruh keluarga mengetahui tentang berita kecelakaan tersebut. Dalam harap-harap cemas, mereka menunggu kabar dari pihak yang berwajib tentang Melody. DNA pembanding sudah diberikan. Tetapi belum juga ada kabar yang pasti. Keseluruhan korban juga belum ditemukan. Yang ditemukan pun, semuanya dalam keadaan tidak bernyawa.
Donghae berjalan mendekati tempat tidur Hyukjae. Meringis pelan saat melihat jarum infus menusuk lengan kurus Hyukjae. Sahabat seperjuangannya itu menolak makan dan minum sebelum mengetahui kondisi Melody. Satu-satunya jalan supaya dia tidak ikut-ikutan drop seperti Faith adalah dengan memasang selang infus untuk mengirimkan pasokan makanan ke dalam tubuhnya.
Tangan Donghae terulur untuk membenahi letak selimut Hyukjae. Setelah itu, dia mencari-cari remote pendingin ruangan. Memastikan suhunya sudah cukup nyaman supaya Hyukjae bisa beristirahat dengan baik.
"Ody-ah.... Ody-ah...." suara lirih Hyukjae terdengar memanggil-manggil nama Melody. Donghae menghembuskan napas dengan pelan. Dia mengembalikan remote ac ke tempat dimana dia mengambilnya tadi, lalu duduk di sisi tempat tidur yang kosong.
Tangannya mengusap telapak tangan Hyukjae yang terbuka sebentar lalu menggenggamnya.
"Ody-ah.... Lee Melody...." lirih Hyukjae lagi.
"Iya Hyukie.... Tunggu sebentar lagi ya... Melody pasti pulang.... Dia pasti pulang...." suara Donghae bergetar di ujung kalimat. Dia memalingkan wajahnya. Tangannya yang bebas mengusap bulir air yang sempat lolos dari kelopak matanya.
Donghae menunggu sejenak sampai Hyukjae tidak lagi mengigau baru dia memutuskan untuk keluar dari kamar Hyukjae. Situasi di luar kamar Hyukjae juga tidak jauh berbeda. Semua tenggelam dalam kesedihan mereka masing-masing.
Sekali lagi Jungsoo dan Siwon harus menjadi tiang penopang bagi anggota Super Junior yang lain. Mereka berdua harus tetap mengurus perusahaan disaat anggota yang lain memilih untuk menemani Hyukjae di rumah. Mereka berdua juga yang terus menghubungi pihak yang berwajib untuk mengetahui kabar terbaru tentang pencarian korban kecelakaan pesawat.
Dengan bahu yang merosot ke bawah, Donghae menuruni anak tangga dari lantai dua menuju ke lantai satu. Ada Shindong, Ryeowook dan Heechul di sana.
"Faith bagaimana ?" tanya Donghae.
"Dia di dalam kamar Melody bersama dengan Taeyong." jawab Ryeowook.
Heechul melirik jam tangannya. "Hyung ke bandara dulu. Kyuhyun dan istrinya tiba hari ini dari Berlin." pamit Heechul.
"Kalau ada kabar terbaru dari pihak bandara, kabari kami ya Hyung...." ucap Shindong yang langsung dibalas dengan jempol yang terangkat oleh Heechul.
"Istrimu bagaimana, Hyung ?" Donghae bertanya pada Shindong.
"Aku menyuruh adikku datang untuk menemani Sora. Kakaknya Jungsoo Hyung dan Heechul Hyung juga ada di apartemenku sekarang." jawab Shindong.
"Kasihan Hani.... Sekarang rumahnya berubah menjadi tempat penitipan anak. Semoga saja kewarasannya tetap terjaga...." cetus Ryeowook.
"Yah mau bagaimana lagi ? Faith juga tidak sedang dalam kondisi yang baik saat ini. Mau tidak mau kembar tiga dititipkan di sana. Untung saja anakku dan anak Siwon sudah cukup besar untuk mengurus diri mereka sendiri..." tutur Shindong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unmei no Akai Ito
FanfictionUnmei no Akai Ito, selanjutnya disebut sebagai Benang Merah Takdir, merupakan kepercayaan Jepang yang sebetulnya berasal dari Cina. Konon, di jari kelingking setiap orang ada benang merah yang tak kasat mata, yang akan terhubung dengan jodohnya. Han...