Brak !!!!
Tanpa kasihan, aku membuka pintu flat lalu bergegas masuk ke dalam.
"Akkinta !!!! Akkinta !!!! AKKINTAAAAA !!!!" Aku berlari ke seluruh penjuru ruangan sembari memanggil roh tanpa identitas itu. Aku tidak perduli kalau-kalau tindakan itu akan menganggu tetangga sebelah kanan dan kiri flat sederhana ini. Dinding antara flat ini sangat tipis. Bunyi denting sendok yang jatuh ke lantai pun pasti akan terdengar dengan jelas.
Brak !!!
Kini pintu kamarku yang menjadi sasaran berikutnya dalam misi maha pentingku untuk mencari Akkinta. Saat pintu terbuka dan aku berhasil menyalakan lampu sebagai penerangan, kedua mataku menatap nyalang, memindai dengan seksama setiap sudut di dalam ruangan kecil tersebut. Aku bahkan membongkar semua barang-barang yang ada di dalam kamar kecil yang aku tempati beberapa minggu belakangan ini. Pikirku, siapa tahu Akkinta berada di sana.
Dia kan, selain tanpa identitas, juga tidak punya kerjaan.
Kurang lebih sepuluh menit mengobrak-abrik kamarku sendiri dan tidak kunjung menemukan roh yang aku cari-cari itu. Aku jadi kelelahan sendiri. Aku lalu berjongkok dan menghembuskan napas frustasi.
Kenapa di saat aku membutuhkan dirinya, aku tidak bisa menemukan roh tanpa identitas itu ?
Aku mengusak rambutku dengan perasaan gemas bercampur geram. Aku akhirnya memutuskan untuk berdiri dan mencari Akkinta di luar. Tapi saat aku baru saja membalikkan tubuhku, wajah si roh tanpa identitas itu ternyata hanya berjarak satu sentimeter saja dengan wajahku.
"ASTAGA AKKINTA !!!!" aku spontan berteriak karena terkejut. Ingin sekali aku memukul wajah tengil Akkinta yang ada di hadapanku saat ini, tapi aku mengurungkan niatku itu karena aku ingat kalau aku tidak bisa menyentuh Akkinta.
Akkinta sedikit menjulurkan kepalanya melewati bahuku. Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali. Aku bisa mendengarkan suara decakan keluar dari mulutnya.
"Astaga.... Astaga.... Kalau ada orang lain yang melihat kondisi kamarmu yang seperti kandang babi ini, mereka bisa berpikiran kalau ada topan di dalam kamarmu....."
"YAAAKKK !!!!" Aku berteriak protes. Satu-satunya penyebab kenapa aku membuat kamarku jadi berantakan seperti itu adalah karena aku mencari keberadaan roh tanpa identitas yang tengil ini. Biasanya juga kamarku itu sangat rapi. Appa pasti sangat bangga denganku kalau dia tahu aku bisa merapikan kamarku sendiri sekarang.
Sudut bibir Akkinta terangkat ke atas. Dia menatap aku dengan pandangan khas-nya, yang menurutku bisa memantik emosi siapapun yang ketiban sial harus berhadapan dengan roh tanpa identitas itu.
"Jadi, kenapa kau mencariku sampai seheboh itu ?"
Kurang dari satu detik, posisi Akkinta sudah berubah. Dia tidak lagi berada di hadapanku. Suara Akkinta terdengar dari balik punggungku. Aku jadi harus memutar tubuhku supaya aku bisa berhadapan langsung dengannya. Aku kembali teringat dengan alasan kenapa aku mencarinya dengan.....
Heboh
"Ya.... Akkinta-kun.... Aku baru saja melihat sesuatu hal yang sangat luar biasa !!!!!" Aku memberitahu Akkinta sambil berjalan dengan sedikit tergesa untuk mendekat ke arah roh tanpa identitas itu. Yang menyebalkan, Akkinta kembali menghilang. Membuat aku harus memutar kembali tubuhku untuk mencari keberadaannya.
"AKKINTA !!!! AKU SEDANG SERIUS SEKARANG !! BISAKAH BERHENTI BERMAIN-MAIN DENGANKU ??!!!!" Aku meraung marah. Bisa-bisanya di saat-saat genting seperti ini, roh tanpa identitas itu malah mengajak aku bermain petak umpet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unmei no Akai Ito
FanfictionUnmei no Akai Ito, selanjutnya disebut sebagai Benang Merah Takdir, merupakan kepercayaan Jepang yang sebetulnya berasal dari Cina. Konon, di jari kelingking setiap orang ada benang merah yang tak kasat mata, yang akan terhubung dengan jodohnya. Han...