3rd POVHyukjae duduk diam di dalam mobil, matanya terus memandang keluar jendela. Malam yang pekat menyelimuti perjalanan mereka menuju bandara, tapi pikirannya jauh lebih gelap dari itu. Dadanya terasa sesak, seolah ada tangan tak terlihat yang mencengkeram erat jantungnya.
Faith duduk di sebelahnya, sesekali melirik sang ayah dengan wajah cemas. Dia tahu betapa berat perjalanan ini bagi ayahnya. Selama beberapa waktu belakangan, Hyukjae telah menelan kenyataan pahit bahwa putri bungsunya telah tiada. Kini, harapan yang nyaris padam itu dinyalakan kembali secara tiba-tiba—dan itu menakutkan.
Siwon duduk di kursi depan, sibuk menelepon seseorang, memastikan semuanya telah diatur setibanya mereka di Pulau Toshima. Sementara itu, Taeyong, suami Faith, duduk di belakang, diam namun penuh waspada. Dia tahu istrinya juga berjuang keras menghadapi situasi ini.
Saat pesawat lepas landas, Hyukjae memejamkan matanya. Kenangan tentang Melody kembali membanjiri pikirannya—tawa riangnya, tangan kecil yang menggenggam jari-jarinya, suara lembutnya memanggil, "Daddy!" Dia menelan ludah, menahan air mata yang hampir tumpah. Jika semua ini hanya kesalahpahaman... dia tidak tahu apakah hatinya sanggup menahan kekecewaan lagi.
🎀🎀🎀
Perjalanan ke Toshima bukanlah perjalanan yang mudah. Setelah penerbangan, mereka harus melanjutkan perjalanan dengan kapal kecil menuju pulau tersebut. Angin laut yang dingin menggigit kulit, namun Hyukjae nyaris tak merasakannya. Matanya terpaku ke depan, menanti dengan napas tertahan saat mereka semakin mendekati dermaga kecil yang samar-samar diterangi lampu jalan.
Begitu mereka tiba, seorang pria tua—mungkin nelayan—sudah menunggu. Dialah yang menemukan Melody di tepi pantai.
"Kalian pasti keluarga gadis itu," katanya dengan suara serak dan menggunakan bahasa Jepang. Taeyong yang cukup fasih menguasai bahasa tersebut menjadi juru bicara keluarga.
"Beliau adalah Lee Hyukjae, ayah dari Lee Melody. Yang satu lagi adalah Choi Siwon, paman dari Lee Melody. Saya Lee Taeyong dan itu adalah Lee Faith, istri saya"
Pria paruh baya itu mengangguk sekilas sepanjang Taeyong memperkenalkan siapa saja yang berada di dalam rombongan.
"Sudah lama aku menantikan saat-saat ini. Ayo ikut aku. Gadis yang kalian cari ada di klinik."
Mereka berjalan melewati jalanan sempit desa, hanya diterangi oleh lampu-lampu temaram. Langkah Hyukjae terasa berat. Setiap detik yang berlalu seperti siksaan.
Akhirnya, mereka tiba di klinik kecil itu. Bangunan sederhana dengan cat yang mulai memudar, tapi tetap bersih dan terawat. Seorang dokter paruh baya menyambut mereka di pintu, wajahnya lelah namun penuh empati.
"Dia ada di dalam, semoga dia benar-benar yang kalian cari selama ini...." katanya dengan nada lembut.
Hyukjae mengatur napasnya, lalu melangkah masuk.
Saat pintu kamar pasien terbuka, Hyukjae merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak.
Di atas tempat tidur sederhana, terbaring seorang gadis muda dengan tubuh kurus dan wajah pucat. Rambutnya panjang, sedikit kusut, namun tidak bisa menyembunyikan betapa miripnya dia dengan Melody yang selalu Hyukjae kenang.
Kakinya terasa lemas.
Tangannya menutupi mulutnya, menahan isakan yang akhirnya pecah. "Ody-ah... uri gongju....."
Tangisannya pecah seketika. Semua emosi yang selama ini dipendamnya meledak begitu saja. Rasa sakit, kehilangan, harapan, ketakutan—semuanya bercampur menjadi satu.
Faith, yang berdiri di belakangnya, juga menangis. Tangannya menggenggam erat lengan Taeyong, mencari pegangan di tengah guncangan yang luar biasa ini.
"Daddy... ini benar-benar Melody..." suaranya bergetar.
Taeyong merangkulnya dengan erat, menenangkan istrinya yang gemetar.
Siwon berdiri di dekat pintu, menundukkan kepala, membiarkan Hyukjae memiliki momen ini sepenuhnya.
Hyukjae jatuh berlutut di samping tempat tidur, tangannya menyentuh tangan Melody yang terasa hangat ketika menyentuh permukaan kulitnya. "Ody-ah... sayang, Daddy di sini..." suaranya parau, bergetar oleh emosi yang tak terbendung.
Gadis itu tetap diam, napasnya teratur, wajahnya damai seolah sedang tertidur panjang.
Dokter yang selama ini merawat Melody mendekat, memberikan waktu bagi Hyukjae untuk menenangkan dirinya sebelum mulai menjelaskan.
"Dia ditemukan sekitar dua bulan lalu," kata dokter itu dengan suara tenang. "Seorang nelayan menemukannya di pinggir pantai saat fajar. Tubuhnya penuh luka, tapi anehnya, tidak ada tanda-tanda trauma yang jelas di organ dalam. Jika benar dia adalah salah satu korban dari kecelakaan pesawat dua bulan yang lalu, maka ini adalah sebuah keajaiban...."
Penjelasan dokter tersebut, dijelaskan kembali oleh Taeyong. Ketika melakukannya, Taeyong juga berusaha mengendalikan emosinya. Demi ayah mertua dan istrinya, dia harus menahan diri.
Faith menghapus air matanya. "Lalu kenapa dia masih belum sadar?" tanya Faith.
Dokter menunggu Taeyong menerjemahkan kembali. Baru setelah Taeyong selesai berbicara, dia menghela napas.
"Itulah yang membingungkan kami. Biasanya, pasien yang mengalami kondisi seperti ini membutuhkan alat penunjang kehidupan. Tapi selama dua bulan ini, dia bertahan tanpa itu. Detak jantungnya stabil, tekanan darahnya normal, dan meskipun dia tidak sadarkan diri, tubuhnya tetap bekerja dengan baik. Kami tidak bisa menyebutnya dalam kondisi vegetatif, karena itu tidak sepenuhnya benar. Seolah-olah dia hanya... menunggu sesuatu untuk membangunkannya."
Kembali, penjelasan panjang dari dokter disampaikan oleh Taeyong. Kali ini, Taeyong tidak bisa menahan sebulir air mata yang turun membasahi salah satu sisi wajahnya. Dengan cepat, tangannya bergerak untuk mengusap pipinya.
Hyukjae menggenggam tangan putrinya lebih erat, air matanya masih terus mengalir.
"Dia menunggu kita," suaranya penuh keyakinan meski bergetar. "Dia menunggu kita menemukannya."
Faith menutup mulutnya, bahunya terguncang oleh isakan. Taeyong mengusap punggungnya dengan lembut, mencoba menenangkan istrinya yang begitu hancur oleh emosi. Taeyong tahu bagaimana istrinya itu menyimpan rasa bersalah. Pertemuan terakhir mereka sebelum kecelakaan itu sangatlah tidak menyenangkan untuk dikenang.
Siwon akhirnya berbicara, suaranya pelan namun tegas. "Jadi, apa yang bisa kita lakukan sekarang, Dokter?" tanya Siwon. Kali ini, Taeyong tidak perlu melakukan apapun.
Dokter menatap mereka dengan penuh simpati. "Kalian harus membawanya ke rumah sakit yang lebih besar. Di sini, kami hanya bisa memberikan perawatan seadanya. Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi gadis ini butuh lebih dari itu."
Hyukjae mengangguk, menyeka air matanya. "Aku akan membawanya pulang."
Faith mengangguk setuju. "Kita akan membawanya pulang, Daddy. Melody akan kembali bersama kita."
"Pulang ke Korea Selatan mungkin membutuhkan banyak waktu. Bagaimana kalau kita bawa Melody ke Tokyo dan merujuknya ke salah satu rumah sakit besar di sana ?" usul Siwon.
"Apapun, Siwon-ah..... Aku akan melakukan apapun yang terbaik demi Melody...."
Hyukjae menatap wajah putrinya yang tertidur damai. Meski tak ada jawaban, tak ada pergerakan, dia merasakan sesuatu yang kuat di dalam hatinya.
Putrinya masih hidup.
Dan dia akan melakukan apa pun untuk membawanya kembali.
(TBC)

KAMU SEDANG MEMBACA
Unmei no Akai Ito
FanfictionUnmei no Akai Ito, selanjutnya disebut sebagai Benang Merah Takdir, merupakan kepercayaan Jepang yang sebetulnya berasal dari Cina. Konon, di jari kelingking setiap orang ada benang merah yang tak kasat mata, yang akan terhubung dengan jodohnya. Han...