Kafe Seok Hee

109 22 0
                                    

"Akkinta-kun..... aku harus kemana ? Ke kanan atau ke kiri ?"

"Akkinta-kun..... aku tidak tahu caranya naik bus di sini. Aku harus bagaimana ?"

"Akkinta-kun.... Seribu yen itu berapa won ya ?"

"Akkinta-kun...."


"Akkinta-kun....."

"Gadis bodoh....."

"Eeehhh....."

Aku yang sejak tadi berjalan di belakang Akkinta langsung mengerem mendadak saat aku mendengar Akkinta lagi-lagi mengataiku bodoh.

Aku melipat bibirku ke dalam. Mendongakkan kepalaku dan menatap lurus ke mata Akkinta.


"Lihat ke sekelilingmu sekarang..... Mereka pasti menganggapmu sudah gila karena bicara sendiri sepanjang jalan...."

Aku menunda keinginanku untuk balas mengatai Akkinta. Aku menuruti ucapannya. Menggerakkan kepalaku untuk melihat ke sekeliling.

Benar saja.

Seorang ibu bersama anaknya yang mengenakan seragam sekolah saat ini menatap aneh ke arahku.

Sepasang lansia dengan pakaian olahraga juga melakukan hal yang sama.

Aku akhirnya mengulas senyum yang mungkin adalah senyum paling canggung di sepanjang hidupku. Tidak hanya itu, aku juga mengangkat satu tanganku kemudian melambai ke arah mereka.

"Selamat pagi !!! Cuaca hari ini indah sekali kan ???" ucapku dengan setengah berteriak.

"Mereka justru akan semakin menganggapmu aneh kalau kau melakukan hal itu...." Ucap Akkinta pelan di belakangku.

"Terus aku harus bagaimana ?" tanyaku sambil berdesis. Tanganku yang tadi melambai ke arah mereka berganti menjadi melakukan peregangan.

"Ambil ponsel yang ada di dalam tasmu. Pura-pura sedang menghubungi seseorang...."

"Tapi ponsel ini kan tidak bisa digunakan...."

"Aku bilang pura-pura.... Bukan betulan...."

Aku menepuk dahiku pelan.

Benar juga....

Segera aku merogoh ponsel Kaoru yang masih dalam kondisi terkunci lalu meletakkannya di salah satu telingaku.

"Ayo jalan sekarang....."

"Haikkk....."

Aku spontan menutup mulutku. Kemudian terkikik. Sedikit geli dengan jawaban yang keluar dari mulutku sekarang. Aku kembali melambai ke arah ibu dan anak serta sepasang lansia yang sepertinya sedang membicarakan diriku. Karena aku melihat mereka berbicara sambil sesekali melirik ke arahku.

Aku berusaha memperlebar langkahku supaya bisa menyamai Akkinta.

"Apa kau punya ide kita harus kemana ?" tanyaku pada Akkinta.

"Tidak ada.... Itu kan tugasmu...."

"Tapi tetap saja.... Kau kan sudah lebih lama bergentayangan di sini..... Harusnya kau yang lebih tahu aku harus kemana...."

Akkinta berhenti. Menurunkan kepalanya dan menatapku dengan tajam.

Apa-apaan sih antara aku dengan roh yang satu ini ? Sejak tadi kami seperti sedang melakukan kontes saling tatap menatap. Aku memundurkan wajahku sedikit.

Unmei no Akai ItoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang