Anyone

161 24 6
                                    

Entah sudah berapa lama aku duduk bersila di depan standing mirror yang ada di sudut kamar ini. Membiasakan diriku dengan wajah baruku ini. Aku menggembungkan pipiku yang sebelah kanan, kemudian mengangkat jari telunjuk sebelah kanan untuk menusuknya. Begitu terus bergantian dengan pipi sebelah kiri.

Aku sedang sendirian di kamar asing ini. Akkinta, pemuda yang tadi duduk di kusen jendela, sedang pergi untuk menyelesaikan urusannya. Dia menyuruhku memanggilnya dengan nama itu. Aku ini sebenarnya bingung harus mendefiniskan Akkinta sebagai apa.

Apa dia termasuk golongan malaikat ?

Ataukah arwah penasaran ?

Tidak banyak yang Akkinta jelaskan padaku soal asal muasal aku bisa terbangun di tubuh gadis asing setelah kecelakaan pesawat yang menimpaku dan puluhan penumpang yang lain. Dia bilang, aku akan mengetahui segalanya seiring berjalannya waktu. Tidak selamanya aku berada di tubuh pinjaman ini. Aku akan kembali ke tubuhku yang asli setelah waktunya tiba nanti.

Kapan itu ???

Akkinta tidak menjawab.

Lalu bagaimana dengan kondisi tubuh asliku ?

Akkinta juga tidak menjawab. Dia cuma bilang kalau aku ini sesungguhnya masih hidup. Tubuhku ada di suatu tempat.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana dengan nasib jiwa gadis yang tubuhnya saat ini aku tempati ?

Lagi-lagi Akkinta tidak menjawab pertanyaanku ini. Dia bilang kalau itu bukan urusanku. Yang harus aku lakukan adalah menjaga tubuh pinjamanku ini dengan baik, sampai pemilik yang sesungguhnya memutuskan untuk kembali.

Memangnya kemana dia ? Apa bisa sebuah jiwa berjalan-jalan tanpa membawa tubuhnya sendiri ? Atau jangan-jangan, dia merupakan salah satu pengikut sekte terlarang yang anggotanya mempraktikkan ilmu sihir ?

Ah, kepalaku jadi semakin pusing memikirkan hal ini....

Aku rindu Appa....

Aku rindu Faith Eonni....

Aku rindu semua Samchonku...

"Kalau kau rindu mereka, kau bisa kembali sekarang ke tubuhmu.... Hanya saja, aku tidak bisa menjamin kalau kau kembali, kau dalam keadaan sadar seperti ini. Luka-luka di tubuhmu cukup parah.... Kalau kau kembali, maka kau berada dalam keadaan koma...."

Aku spontan menoleh ke samping. Ke arah suara yang tiba-tiba menyapa indera pendengaranku. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Akkinta.

Dahiku mengerut. Membuat kedua alisku bertemu di tengah.

"K-koma ?"

Akkinta mengangguk.

"Iya. Koma. Setelah itu, titik. Selesai."

"Yaakkk !!! Tega sekali kau bilang begitu padaku !!!" seruku marah. Satu jariku terangkat, menuding ke arah Akkinta.

Akkinta terkekeh pelan. "Aku kan hanya mengatakan yang sebenarnya padamu. Jangan marah begitu..."

"T-tapi, tubuhku sudah ditemukan kan ? Aku benar-benar masih hidup kan ?"

"Kan aku sudah bilang tadi.... Kau itu masih hidup. Tubuhmu juga aman."

"Bagaimana dengan keluargaku ? Apa mereka sudah tahu kalau aku ada di dalam penerbangan itu ?"

"Ya tentu saja mereka sudah mengetahuinya. Nama-nama korban kan biasanya diumumkan di media. Masak hal segampang itu saja kau tidak tahu sih ? Bagaimana mau mencari Injun Oppamu kalah kemampuan otakmu cuma segitu saja...." Akkinta mencibir.

Unmei no Akai ItoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang