penyiksaan 1

1.7K 43 2
                                    

Tekan tanda ⭐ di pojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!

************************************

Reyn apartemen

Sudah lebih dari dua puluh menit, Reyn memainkan game di ponsel tanpa berniat untuk mengganti seragam.

Duduk bersantai setelah tujuh jam otaknya bekerja adalah suatu keharusan sebelum kembali beraktifitas bersama teman-temannya.

Tok..tok..tok..

Mendengar bunyi bel disertai ketukan pintu membuat Reyn menghentikan permainan, matanya melirik sekilas pada pintu sebelum beranjak membukanya.

Biasanya orang yang akan datang berkunjung di jam seperti ini adalah Alana. Karena hanya dia orang yang tidak memilki kesibukan setelah pulang sekolah.

Reyn langsung membuka pintu tanpa mengintip dari balik layar mini untuk memastikan siapa tamu yang datang.

"Kenapa?"

Kedua bola matanya membulat melihat seseorang yang datang bukanlah Alana melainkan Dave. Pria itu menenteng tote bag  dari sebuah perpustakaan.

Raut wajah Reyn menjadi tidak bersemangat melihat Dave berdiri diambang pintu. Seperti seseorang yang tidak diingkan kehadirannya, Reyn nyelonong masuk.

"Tunggu Reyn!" Dave berhasil mencegah pintu yang membuat Reyn berhenti.

"Aku bertemu dengan kekasihmu di perpustakaan, sepertinya dia meninggalkan ini."

Kekasih?

Awalnya Reyn tidak peduli namun Dave mengatakan bertemu dengan kekasihnya. Hal itu sukses membuat Reyn berfikir.

Dave mengangkat tote bag menyerahkan ke tangan Reyn.

"Pesanku jangan menjadikan gadis yang tidak tahu apa-apa berurusan dengan ibu mu."

Dave langsung pergi setelah mengingatkan Reyn. Dia tahu betul bagaimana raut wajah Paramitha ketika Reyn memperkenalkan Raline sebagai kekasihnya.

Itu sama saja menjatuhkan harga diri Paramitha di depan banyak orang. Dan orang yang membuatnya malu akan menanggung akibat hingga dia benar-benar menyesal.

Reyn menutup pintu membuka tote bag tersebut. Isinya dua buku materi setebal kamus bahasa. Tidak ada isi lain selain dua buku tersebut.

"Apa yang sudah dikatakan Raline pada Dave?"

Dia harus bertemu Raline untuk menanyakan kebenarannya.

Tanpa mengganti seragam sekolah, Reyn mengambil kunci motor juga hoodie bergegas menemui Raline.

Karena ia tidak memiliki nomor telponnya, Reyn menggunakan cara menjemput Raline ke rumah.

---

Reyn menatap rumah minimalis dua lantai dengan kerutan di wajah, suasananya sangat sepi yang membuat Reyn memilih pergi.

Tiba-tiba sebuah mobil Ferrari membunyikan klakson dengan keras, Reyn menoleh masih menggunakan helm.

"Woy, pinggirin motor mu!"

Reyn tidak terima ada orang lain berteriak di depannya. Itu sama seperti menurunkan harga diri seorang Reynald.

"Tuli ya! Aku bilang minggir atau ku tabrak motormu."

Pria didalam mobil sangat kesal karena Reyn tidak juga mengalihkan motornya. Dia turun untuk memaki pengendara yang menghalangi jalan.

Hal itu di urungkan saat Reyn membuka helm. Bibirnya mengatup melihat kepala geng di sekolahnya berdiri di depan rumahnya.

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang