Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!
************************************
Sampainya di mobil, Reyn langsung menyalakan mesin memacu kecepatan. Pikirannya sedikit rileks setelah berlari beberapa menit. Nafasnya pun dapat dikontrol dengan baik.
Raline yang melihat perubahan dari Reyn terus mengamati wajah itu, dalam pikirannya mengatakan ada sesuatu yang Reyn sembunyikan darinya.
"Kenapa menatap ku seperti itu?"
Raline hanya menggeleng, rupanya Reyn juga tengah mengamati dirinya dari balik kaca spion.
"Kamu tahu saat aku masih kecil, ayah selalu mengajak lari ketika aku dan Dave sedang bertengkar."
"Oh iya?"
"Hmm, seseorang akan mengalami sesak nafas bukan karena dia sakit tetapi karena banyak beban yang tidak bisa diselesaikan. Untuk itu ayah selalu mengajak kami berlari dengan tujuan melepas pikiran negatif sehingga tercipta pikiran yang segar."
Raline tersenyum, dia baru tahu ada teori semacam itu.
"Kamu tidak percaya?"
Raline menggeleng,
"Lakukan jika nanti kamu merasa sedang tidak baik, jika teori ini benar kamu bisa datang padaku dan mengucapkan terima kasih."
"Kalau salah?"
"Tidak perlu datang." Reyn terkekeh mengacak rambut Raline menjadi berantakan.
Meski hanya obrolan santai tetapi bisa menghidupkan suasana. Reyn kembali tertawa tidak seperti saat di apartemen Gilbert.
"Ral,"
"Ya."
"Ada sesuatu yang masih mengganjal dipikiran ku."
"Tentang?
"Perasaan ku."
Reyn membelokan mobil ke rumah Belinda, karena memang perjalanan dari mini market tidak lah jauh.
Sebelum berbicara, Reyn menatap wajah itu dengan seutas senyum. Mengelus singkat rambut yang berantakan akibat ulahnya.
Mendapat perhatian itu membuat jantung Raline sedikit berdetak, Raline dibuat salah tingkah mengira jika Reyn akan menciumnya sehingga ia memejamkan mata. Wajah Reyn yang juga berada satu inci dengannya menandakan jika ciuman akan dimulai.
Anehnya tidak ada tanda-tanda Reyn akan mencium bibir atau pun pipi sehingga Raline membuka mata, ternyata yang dilakukan Reyn adalah mengepang rambut yang berantakan.
Perlahan dia menyisir rambut itu lalu menautkan beberapa helai hingga menyematkan ikat rambut sehingga membuat rambut Raline terlihat sedikit lebih rapi.
Raline hanya terdiam tidak berani menatap bola mata pria disampingnya.
"Begini lebih cantik." Ucap Reyn selesai mengotak-atik rambut panjang itu.
"Ka-katanya ka-kamu mau jujur."
Reyn hanya tersenyum melihat Raline yang tiba-tiba menjadi gagu. Sekarang, tangan Reyn berada di telinga Raline mengusapnya pelan juga menata satu helai rambut yang tidak terikat.
"Bantu aku untuk melupakan Clara."
Raline mendelik, dia memberanikan menatap kedua mata Reyn dari dekat.
"Karena hingga saat aku mengetahui satu fakta tentang kematiannya, aku belum sepenuhnya melupakan Clara."
"Jadi selama ini kamu hanya menganggap ku pelampiasan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Teen FictionRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...