Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!
************************************
Dua jam berlalu tetapi tidak ada tanda-tanda Reyn akan bangun. Dia juga sudah dipindahkan ke rawat inap.
Dave dan Paramitha hanya bisa duduk menatap tubuh tak berdaya itu. Rey terlihat sangat nyenyak hingga nafasnya juga beraturan.
Dokter sudah ada disana untuk pemeriksaan lanjutan, menunggu pasien sadar.
"Anda mengatakan jika dalam dua jam putra saya akan bangun, ini sudah lebih dari dua jam." Ketus Paramitha.
"Kita tunggu hingga malam ini, jika memang tuan Reyn masih belum sadar kami akan melakukan pemeriksaan lagi."
Paramitha ingin memprotes dengan membusungkan dada, menatap tajam kearah dokter yang baru menangani putranya tetapi Dave berhasil meraih kedua bahu itu sehingga amarahnya sedikit berkurang.
"Baik, tapi jika sampai malam ini dia tidak kunjung sadar, saya akan pindahkan ke rumah sakit lain."
Dokter itu mengangguk dan segera pergi karena merasa takut berhadapan dengan Paramitha.
"Ma, jangan gunakan emosi dalam keadaan seperti ini." Ucap Dave melepas pegangan pada bahu sang ibu.
Paramitha tidak menjawab, dia mengambil tas lalu pergi.
Di ambang pintu langkahnya terhenti, tanpa menoleh Paramitha berpesan.
"Jaga adik mu hingga mama kembali.""Ma, tolong...." Belum juga Dave melanjutkan ucapannya Paramitha sudah kembali bersuara.
"Kabari kalau terjadi sesuatu."
Dave pun hanya mengangguk, menarik kursi lalu duduk sambil menatap sang adik.
"Reyn, cepat bangun. Kita selesaikan misi sama-sama."
Sambil berkata Dave menahan air mata yang hampir menganak sungai. Dia benar-benar merasa sedih dan bersalah atas apa yang menimpa sang adik.
Jika satu menit saja mereka sampai dengan cepat, Reyn tidak akan mengalami hal seperti ini.
Sialnya saat tiba di depan rumah Vanharg Dave mengalami nyeri dibagian kaki sehingga waktu mereka tersita hampir sepuluh menit.
Gilbert membantunya mengurut pergelangan kaki sedang Alana berjaga memastikan semua aman.
"Sudah baikan?" Tanya Gilbert menepuk pelan pergelangan kaki itu.
Dave pun mengangguk,
"Kalau masih sakit, kamu tunggu di mobil saja." Ungkap Gil lagi.
"It's okay."
Ponsel Alana pun berdering dan saat dicek itu dari Raline. Suara dari sebrang terdengar ketakutan dan minta tolong yang membuat Dave khawatir.
Dave juga berjanji dalam hati untuk mengeluarkan Raline dan Reyn dengan selamat meski kedua kakinya sedang tidak bisa di kompromi.
"Okay, kita berpencar saja. Aku yakin mereka tidak didalam rumah. Alana, kamu bersama Gilbert biarkan aku sendiri."
"Kau yakin Dave?" Ucap Gil melirik kaki yang baru saja di luruskan.
"Aku akan mengikuti mu kak," sanggup Alana
"Tidak Al, dengan keadaan kaki ku yang masih nyeri tidak bisa melindungi mu. Sementara kamu bersama Gil."
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan mu."
"Al, please." Wajah Dave terlihat penuh permohonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Teen FictionRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...