terluka

325 19 0
                                    

Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!!

************************************

Reyn menoleh saat pegangan tangannya terlepas, ternyata Raline sudah tersungkur memegang lengan yang bersimbah darah.

"Raline."

Reyn pun berjongkok menatap sendu pada lengan yang terus mengeluarkan darah.

"Re-Reyn, cepat lari! Dave dan Alana ada di depan. Mereka akan menyelamatkan mu."

Reyn tidak mempedulikan omongannya, ia melepas dasi digunakan untuk menghambat darah yang terus keluar.

"Tidak, kita harus sama-sama keluar dengan selamat."

"Ta-tapi.."

Suara tembakan ketiga kali dilesetkan sebagai peringatan, beruntung semak disana dapat digunakan untuk bersembunyi sehingga tubuh mereka tidak akan terkena pantulan senter.

"Kamu harus bertahan ya, aku akan menggendong mu."

"Tidak Reyn. Pergi lah aku tidak apa."

Lagi-lagi Reyn tidak mempedulikan omongan Raline, pria itu berjongkok memberi kode agar Raline masuk dalam gendongan.

"Cepat sebelum mereka datang."

Raline tetap kekeuh tidak mau digendong, karena dia tahu kondisi Reyn saat ini belum sepenuhnya pulih. Bahkan saat mereka keluar dari gudang, Reyn memegang dadanya juga terus mengerjapkan mata.

Efek obat tidur tentu masih menguasai sehingga Raline tidak mau mempertaruhkan keselamatan Reyn.

Merasa Raline tidak juga menerima tawaran digendong, Reyn langsung berdiri membawa tubuh Raline ala bridal style.

"Reyn," teriak Raline yang kaget tubuhnya mendadak diangkat. "Kita bisa ketahuan,"

"Aku tidak peduli."

Reyn berjalan pelan melewati semak yang tingginya hampir mencapai lutut anak-anak. Juga penerangan disana yang hanya dibantu sinar rembulan. Untungnya Raline bisa diajak kerjasama dengan mengalungkan tangan keleher.

Senter kembali mengarah ke mereka, Raline sampai memejamkan mata karena silaunya.

"Itu mereka." Teriak salah satu pengawal.

Dorr...

Tembakan peringatan kembali dilesetkan tetapi mereka berdua tidak mendengar hingga beberapa kali kedua pengawal itu harus melakukan penembakan.

Reyn terus berlari kecil mempererat gendongan meski mengalami sedikit kesulitan.

Melihat wajah Raline yang sudah mulai pucat, Reyn menambah kecepatan langkah.

"Bertahan sayang."

Dorrr...

Langkah itu terhenti, seketika Reyn terdiam matanya terpejam juga raut wajah yang sepertinya menahan sesuatu.

Dalam hitungan detik, tangan yang semula kuat dalam memapah tubuh Raline tiba-tiba melemah. Keduanya sama-sama tersungkur setelah tembakan itu mengenai bagian dada.

Raline menoleh, tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa ketika pegangan di tubuhnya tiba-tiba mengendor. Bibirnya menganga melihat Reyn tersungkur memegang dada.

"Reyn," lirih Raline, ia berusaha bangun mengangkat tubuh lemah itu.

"Bertahanlah Reyn, aku akan menghubungi Alana."

Reyn yang setengah sadar meraih pipi dan mengalihkan anak rambut yang menutupi wajah.

"Be-berlari lah, ka-katan pa-pada Dave ka-kalau a-aku ter-terluka."

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang