pandangan pertama

2.6K 72 9
                                    


 Gambar hanya pemanis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambar hanya pemanis

************************************

"Materi hari ini sampai di bab tiga, lusa kita lakukan praktek. Terima kasih dan selamat siang."

"Siang."

Mrs. Stevy meninggalkan kelas di susul beberapa murid yang tidak sabar keluar ruang. Hanya beberapa murid yang masih sibuk mengemasi barang bawaan.

Tidak sengaja Raline menginjak secarik kertas putih dengan sebaris tulisan. Alisnya berkerut samar mengambilnya memperjelas tulisan yang ada dipojok kanan.

"Fucking day! Reynald Rockefeller?"

Sebuah tulisan bernada umpatan yang disertai nama penulis di pojok kanan atas. Satu hari berada di kelas ini, Raline tidak mendengar guru menyebut nama Reynald Rockefeller saat absensi.

Namanya tidak asing ditelinga saat beberapa hari lalu ayahnya menyebut marga Rockefeller.

Raline meletakan kertas dimeja kosong yang berada di belakangnya membiarkan kertas umpatan itu tertiup angin.

Langkah kaki terus menapaki halaman sekolah hingga sampai di depan gerbang. Di sana empat siswa bergerombol tengah meneliti setiap siswa yang keluar dengan mencegah satu persatu.

Mulanya Raline biasa saja tetapi saat mendekati gerbang salah seorang siswa bertabrakan tatapan dengannya. Dia adalah siswa bertubuh jangkung yang memberi peringatan untuk tidak mendekati Niel.

Matanya melotot tajam mencari cara untuk menghindar, Raline mencoba berbalik badan kembali menuju kelas untuk berfikir. Beruntung langkah kaki yang cepat membuatnya sampai di depan ruang guru.

Raline berniat melindungi diri dengan melaporkan kejadian pagi tadi namun terhalang dengan pegangan tangan seseorang. Kedua mata mereka beradu pandang menatap satu sama lain.

"Ka-kamu?"

Siswa beperawakan tinggi dan kekar menaikan satu alis mengamati wajah asing didepannya.

"Emm kamu yang tadi siang di atap sekolah kan?"

Tidak ada jawaban, siswa itu melepas pegangan dari tangan Raline dan segera pergi. Satu hal yang membuat Raline tidak mengerti, gelengan singkat dengan tatapan intimidasi ketika tangan hampir menyentuh hendle pintu.

Raline hanya terdiam menatap tubuh atletis menghilang menuju lorong sekolah.

"Aku harus mengikuti dia, siapa tahu ada jalan lain disini."

Langkah panjang Raline mengikuti pria atletis hingga membawanya tiba dihalaman belakang. Tempatnya sangat luas di tumbuhi beberapa pohon besar dan dikelilingi pagar kokoh. Raline tidak yakin bisa memanjat pagar tersebut mengingat tidak ada pijakan yang bisa membawanya naik.

Raline bertekad memanjat pohon yang ada disebelah pagar demi menghindari empat pria nakal. Tidak sengaja tubuhnya menabrak pria yang membawanya kemari karena terlalu berambisi segera keluar.

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang