Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!!
************************************
Setelah lebih tenang, Raline duduk bersebelahan dengan Reyn. Wajahnya bersembunyi pada dada bidang. Seolah disanalah Raline menemukan tempat untuk menumpahkan semua tangis.
Reyn tidak keberatan menjadi tempat sandaran, bahkan tangannya tetap memegang erat tangan lemah itu.
Pintu pun terbuka, seorang perawat mendekat.
"Dari pihak keluarga, jika ingin melihatnya bisa langsung masuk. Tapi dengan syarat tidak membuat kegaduhan."
Tangan Reyn diletakan di pipi, ia berbicara lirih sambil mengelusnya.
"Kamu ingin melihat ayah untuk terakhir kalinya?"
Raline mengangguk lemah,
"Tapi kau harus janji tidak akan menangis di depan jenazah ayahmu."
Raline mendongkak, tatapannya kosong.
"Sanggup?"
Raline kembali mengangguk, meski dia sendiri tidak sadar dengan keadaan seperti ini.
Reyn menuntunnya masuk kedalam ruang. Berjalan lirih melewati beberapa bangsal yang isinya orang tak sadarkan diri.
Ternyata Michael sudah dipindahkan ke ICU, tidak lagi di ruang operasi. Raline mendekat dengan langkah pelan di dampingi Reyn gadis itu membuka penutup kain.
Bohong jika Raline tidak menangis, bahkan tangan dan bibirnya bergetar melihat tubuh kaku sang ayah.
Padahal sebelum berangkat, Michael masih dalam keadaan baik-baik saja. Tapi mengapa hanya dalam hitungan jam ayahnya pergi untuk selamanya menyusul Rosalin yang sudah lebih dulu pergi.
"Ayah." Lirih Raline
Begitu menyedihkan keadaan Raline saat ini melihat wajah pucat ayahnya. Dia mendekat lalu menciumnya sekilas.
"Mengapa ayah pergi secepat ini? Mengapa kalian meninggalkan ku seorang diri?" Hampir saja Raline memukul jenazah Michael jika tidak segera dicegah.
"Ral, kamu sudah berjanji untuk tidak menangis." Bisik Reyn memegang pinggul dengan kuat.
"Kalau seperti ini caranya, sebaiknya kita keluar. Ayah mu pasti akan sedih."
Raline masih mematung, dengan posisi tidak sadar seperti ini siapa pun akan melakukan hal yang sama.
"Reyn, lepaskan tangan ku. Aku ingin memeluknya."
Reyn tidak mengabulkan keinginan Raline, hal itu bisa membuatnya semakin terpukul.
"Reyn aku bilang lepaskan tangan ku!" Bentak Raline
Reyn tetap kekeuh tidak mau melepaskannya hingga Raline memberontak dan berhasil meloloskan diri.
Raline berlari memeluk tubuh ayahnya, dia menangis sejadinya.
"Ayah bangun! Jangan tinggalkan Raline sendiri ayah."
Perlahan tubuh Raline tidak berdaya, untungnya Reyn berada dibelakang sehingga Raline tidak jatuh. Reyn juga yang memegang pinggang hingga Raline masih tetap sanggup berdiri.
Diluar ruangan, Raline tidur di pangkuan ditemani Reyn juga Grace.
"Ayah," lirihnya
Raline tampak membuka mata, mengerjap beberapa kali.
Reyn dengan pelan menyentuh pipi lalu mengelusnya.
"Ayah,"
"Hei,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Ficção AdolescenteRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...