Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk melanjutkan part ini!!
************************************
Hari semakin gelap dan jarum jam menunjuk diangka lima. Reyn dan Raline berlarian menuju mobil saat rintik hujan mulai turun.
"Ral awas."
Bugh...
Raline terpeleset yang membuatnya terjungkal di kumparan tanah. Reyn yang menyaksikan kejadian lucu hanya bisa tertawa terbahak-bahak dan tidak berniat menolong.
"Ashh..."
Desisan pelan keluar dari bibir, Raline merutuki kebodohannya karena tidak mendengarkan ajakan Reyn.
Pria itu sudah memperingatkan untuk tidak lewat di jalur kiri karena banyaknya genangan air. Tetapi Raline mengganggap ucapan Reyn hanya angin lalu.
Puas menertawai Raline, Reyn mengulurkan tangan membantunya berdiri. Pria itu dengan sabar menata ranting untuk dijadikan pegangan.
Posisinya yang menduduki lumpur membuat Raline kesulitan berdiri apalagi di sekitarnya banyak sekali genangan air. Reyn tetap membantunya menarik tangan Raline untuk berdiri.
Bugh...
Sialnya Reyn ikut terjatuh, tubuhnya mendarat tidak sempurna berada diatas tubuh Raline.
"Reyn, berat!"
Maki Raline merasakan beban berat tiba-tiba mengenai tubuhnya.
Reyn langsung berdiri membersihkan sisa tanah yang menempel. Seragam mereka kini kusut dan kotor akibat tanah yang becek.
Air hujan turun sangat deras, mereka berdua tidak memiliki waktu untuk saling menyalahkan.
Sampainya di depan mobil, Raline ragu masuk kedalam. Pakaiannya sangat kotor ia takut mengotori jok mobil.
"Ral, cepat masuk."
Teriakan yang mampu menyadarkan keraguan, Raline melepas jas yang akan digunakan untuk alas duduk sehingga tidak mengotori jok.
Reyn yang melihat tingkat konyol itu hanya bisa mendesis. Ia langsung menyalakan mesin mobil sebelum hujan benar-benar menjebak mereka di dalam hutan.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, sengaja untuk menghindari kabut yang mulai gelap.
Baru beberapa meter, mobil tiba-tiba berhenti. Raline yang semula akan memejamkan mata di urungkan melihat Reyn celingukan mencari tempat menepi.
"Ada apa Reyn?"
"Emm sepertinya ada masalah, kamu diam di sini aku cek dulu keadaannya."
Hujan yang deras tidak mematahkan semangat Reyn untuk keluar mengecek kerusakan yang membuat mobil tiba-tiba berhenti.
Setelah di cek ternyata ban belakang kempes, ada beberapa paku yang menancap.
"Aish!"
Reyn membuka bagasi berniat mengganti langsung ban tersebut namun hujan semakin deras.
Saat ia berdiri, Raline sudah berada di belakangnya membawa payung dengan bibir bergetar menahan dinginnya serangan angin.
Tatapan mereka beradu pandang sepersekian detik, Reyn mengikis jarak mengambil alih payung tersebut.
"Kamu kenapa disini?"
"Memastikan kamu tidak kehujanan."
Hanya senyum tipis yang mewakili, Reyn menggandeng tangan Raline masuk ke mobil.
"Aku akan baik-baik saja, pikirkan kondisi mu yang baru saja sembuh."
Raline menggeleng, bibirnya bergetar karena angin semakin kencang menerjang pohon-pohon di sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Fiksi RemajaRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...