halusinasi

383 23 0
                                    

Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!!

************************************

"Tuan Michael?" Panggil Grace berdiri diambang pintu.

Grace berjalan kearah Michael karena tahu tatapan penasaran dari Michael tentang dua bingkai itu.

"Sebenarnya kau siapa? Kenapa foto Rosalin dan Belinda ada disini?"

Grace menghela nafas berat, "Saya tangan kanan mami Belinda."

"Mami?" Ulang Michael yang sedikit terkejut.
"Apa Belinda masih bekerja di club?"

"Ya."

"Lalu kemana dia? Kenapa Raline bisa mengenal Belinda? Apa selama ini Rosalin dan Raline tinggal bersamanya?"

Deretan pertanyaan yang tidak bisa di jawab satu persatu. Grace sendiri bingung dengan jalan cerita mereka.

"Kenapa kau diam?"

"Tuan Michael, anda baru saja keluar dari rumah sakit jadi jangan pikirkan apa pun yang membuat kondisi anda memburuk."

Raline sudah selesai membersihkan kamar, dia berdiri di dekat tangga melihat Grace dengan ayahnya.

"Kenapa kau diam saja?"

"Ayah." Seru Raline, dia mendekat mendengar ayahnya sedikit meninggikan suara.

Raline memegang pundak Michael,
"Kamar sudah Raline siapkan, sekarang ayah istirahat ya?"

"Raline jawab pertanyaan ayah dengan jujur, sebenarnya rumah ini milik siapa?"

Raline melihat kearah Grace, wanita itu mengerutkan alis.

"Raline," panggil Michael untuk kedua kali.

Raline pun mensejajarkan tinggi dengan kursi roda, dia memegang tangan menatap kedalam retina cokelat itu.

"Rumah ini milik tante Belinda. Apa lagi yang ayah ingin ketahui?"

"Apa selama ini kamu dan ibu mu tinggal disini? Lalu kemana Belinda?"

Raline menarik nafa dalam-dalam mencoba mencari kata untuk menjelaskan.

"Raline dan ibu sebelumnya tinggal di Canada dan baru bertemu tante Belinda beberapa bulan lalu."

"Lalu Belinda?"

"Tante Belinda...." Raline menjeda ucapannya cukup lama. Dia ingin berkata jujur tetapi takut menambah pikiran sang ayah.

"Dia tinggal bersama kekasihnya." Sahut Grace mencairkan suasana.

Michael sepertinya paham, dia melepas pegangan tangan sang putri.

"Maafkan ayah, ayah tidak bermaksud menghakimi mu."

"Tidak apa, sekarang ayah istirahat ya?"

Raline pun mendorong kursi roda masuk kedalam kamar tamu. Sedang Grace memilih menunggu.

"Ral,"

"Ya."

"Ayah pinjam ponsel kamu ya?"

"Untuk?"

"Menelfon Sem. Semenjak ayah bangun, hanya dia yang tidak terlihat."

Raline menggaruk tengkuk leher mencari alasan yang tepat.

"Ada apa Raline?"

Raline duduk diranjang menatap kedalam retina cokelat lebih lama. Sudah banyak rahasia yang Raline simpan sendiri, dan mungkin akan selalu tersimpan selamanya demi kesembuhan sang ayah.

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang