21+

3.7K 46 2
                                    

Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!

Minthor ingetin ya, di part ini ada adegan dewasa juga kata-kata kasar jadi mohon kebijakan pembaca yang belum genap berusia 21 untuk menskip!

************************************

Puas mencoba semua wahana, mereka berdua kembali ke mobil karena hari semakin malam. Sambil menunggu Reyn yang tengah menukarkan kupon, Raline menatap foto polaroid dari fotografer jalanan.

Ekspresi wajah Reyn sangat menggemaskan, dimana dia bergaya menjadi seekor kera.

Di foto itu terlihat Reyn tertawa lepas seolah tidak memiliki beban seperti yang selalu di tunjukan di sekolah. Mereka berdua bergaya romantis saling memamerkan boneka hasil usaha Reyn memainkan mesin capit.

Beberapa menit kemudian Reyn masuk ke dalam mobil pakaian serta rambut basah kuyup. Ternyata tanpa Raline sadari, di luar terjadi hujan lebat yang membuat semua pakaian Reyn tidak bisa diselamatkan dari derasnya air hujan.

"Astaga Reyn,"

Raline sigap mengambil tissue dari dalam tas membantu Reyn mengeringkan pakaian.

"Ral, pakai itu mana bisa kering."

Tangannya tiba-tiba berhenti, Raline hanya memamerkan senyuman malu.

"Udah tenang aja, kena AC bakalan kering." Reyn memegang tangan Raline bermaksud mengambil tissue tetapi Raline salah sangka.

Dia memundurkan wajah mengira jika Reyn akan menciumnya. Melihat ekspresi konyol itu hanya membuat Reyn terkekeh lalu mengacak rambut pasangannya dengan gemas.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang karena jalanan sangat padat.

Perjalanan mereka ditemani rintik hujan dan lagu-lagu romantis hingga tanpa sadar mereka sudah sampai disebuah basement gedung bertingkat.

Reyn turun membukakan pintu yang dibalas senyuman oleh Raline. Jika biasanya gadis itu selalu nyelonong seenaknya, kali ini ada senyuman manis di akhir.

Mereka menuju lantai dua puluh melalui pintu belakang, sedari tadi tidak ada obrolan apa pun, Reyn sibuk mengibaskan pakaian karena dingin mulai menyerang sedang Raline menatap floor designator yang terus berjalan naik.

Apartemen? Atau perkantoran?

Batin Raline menatap pintu terbuat dari baja itu. Di lantai dua puluh hanya ada satu-satunya unit yang sepertinya itu milik Reyn. Karena pria itu tengah mengeluarkan access card dari dalam dompet.

Reyn menggandeng Raline masuk kedalam karena sejak tadi pandangan Raline tidak pernah lepas menatap pintu kokoh tersebut.

"Kamu tinggal disini?"

"Iya sayang."

"Sendirian?"

Reyn mengangguk, melepas jaket yang sudah basah kuyup.

"Kamu tunggu disini, aku ganti baju dulu."

Menunggu Reyn ganti baju, Raline duduk sambil memperhatikan setiap sisi ruang. Tidak ada banyak interior hanya ada satu lukisan dan beberapa koleksi robot di lemari besar.

Raline berdiri ingin melihat-lihat robot itu tetapi ada hal yang lebih membuatnya penasaran yaitu sebuah foto keluarga yang ada diatas nakas.

Foto Reyn, Dave beserta orang tuanya memamerkan senyum ceria khas anak-anak. Ternyata Reyn pernah memiliki senyum ceria sebelum menjadi pria dingin.

Raline memegang bingkai kecil itu memperhatikan foto kecil Reyn yang sangat tampan dan menggemaskan.

"Seharusnya kamu bangga memiliki kekasih tampan sepertiku."

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang