Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!!
************************************
"Ummmm."
Raline menguap mengorek pinggangnya ke kanan dan kiri, mengerjap beberapa kali sebelum melihat sosok pria berada di pelukannya.
"Reyn!"
Jeritan itu mampu membuat Reyn membuka mata dan menjauh dari pelukan seseorang. Bahkan pria itu sampai terguling ke bawah.
"Aauhh.."
Raline mencoba menolong dengan mengulurkan tangan, dia membantu Reyn duduk sambil menatap beberapa memar di wajah. Reyn hanya mengusap lukanya pelan.
Di depan meja terdapat dua botol wine, dua gelas berserakan juga buku-buku pelajaran.
Semalam sambil menemani Reyn minum, Raline tidak melewatkan waktu untuk belajar dan Reyn tidak keberatan.
"Karena kamu sudah bangun, aku akan mandi dan bersiap ke sekolah."
Raline langsung berdiri merapikan pakaiannya, Reyn mencegah tangannya dengan wajah penuh permohonan.
"Kita berangkat bersama."
Setelah itu Reyn mengambil jaket keluar dari club. Hanya tersisa Raline yang masih melongo menatap punggung Reyn.
Saat pagi kembali datang, Reyn dan Raline masih berada di club karena ketiduran. Mereka berdua sama-sama tidur di sofa dalam keadaan duduk. Tetapi entah bagaimana tangan Reyn bisa memeluk tubuh Raline dengan tidur sangat nyenyak.
Mungkin karena efek samping dari alkohol yang membuatnya tidak sadar tidur dengan memeluk tubuh orang lain.
"Pagi Raline."
Suara khas bangun tidur berasal dari tangga dimana Grace datang menggunakan pakaian yang semalam. Dia mendekat mengucek mata beberapa kali sebelum akhirnya berdiri sejajar.
"Reyn mana?"
"Emm sudah pulang,"
Grace hanya ber oh ria duduk di sofa yang tadi di tempati Raline.
"Kamu dan Reyn sudah saling mengenal?"
"Iya, kami pasangan kekasih." Suara yang berasal dari bar.
Reyn menenteng tas juga seragam sekolahnya, "Ral, cepat siap-siap setengah jam lagi kita berangkat."
Grace juga Raline hanya bisa melongo melihat Reyn berlalu menuju lantai tiga.
Bagi Reyn club seperti rumah ke dua karena bebas keluar masuk kapan saja bahkan sering menginap disaat alkohol benar-benar membuatnya tepar.
"Apa Reyn sering kemari?"
Grace mengangguk,
"Sama wanita?"
"Dia selalu datang sendiri dan tidak pernah mau di temani siapa pun. Hmm tapi sekarang aku tahu jawabannya."
"Jawaban apa?"
Grace hanya nyengir kuda seraya berlalu meninggalkan Raline dengan penuh pertanyaan.
Setengah jam kemudian mereka sampai di sekolah, Reyn membuka kan pintu mobil untuk Raline, namun gadis itu memilih turun lebih dulu.
Matanya celingukan menatap sekitar masih waspada jika teman-teman Reyn memergoki mereka berangkat bersama.
"Cari siapa?"
Raline menggeleng, dia mempercepat langkah sebelum banyak pasang mata yang melihat.
Sampainya di lorong mereka berpapasan dengan Alana, gadis itu langsung memeluk Raline.
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Teen FictionRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...