Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!!
************************************
Sialnya saat Raline sudah membuka selimut, pintu kembali dibuka. Ia segera beranjak dari ranjang dan bersembunyi dikolong.
Tidur diatas ranjang bersama Reyn bukan solusi tepat, bagaimana jika seseorang yang baru saja masuk tiba-tiba duduk dan merasakan ada dua orang didalam selimut.
Penyamaran Alana akan sia-sia dan Raline pasti akan mendapatkan hukuman jika mereka semua tertangkap.
Beruntung ranjang tersebut memiliki ukuran yang cukup sehingga memudahkan Raline bergerak cepat masuk kedalam kolong.
Ia bisa melihat kaki mungil duduk di kursi, suara buku terbuka pun terdengar jelas sepertinya gadis itu kembali untuk mencari sesuatu di meja belajar.
"Aneh, siswa di villa school tidak pernah ada yang saling pinjam meminjam buku."
"Apa dia siswa baru? Tapi kalau pun iya dari mana dia bisa tahu alamat ku?"
Suara gadis itu adalah Tasya, dia seperti sedang kebingungan dengan kedatangan tamu tak terduga.
"Ah iya, aku lupa menanyakan materi apa yang mau dia pinjam."
Tasya terlihat berdiri keluar dari kamar sepertinya akan kembali menemui Alana.
Setelah terdengar pintu tertutup, Raline bernafas lega. Ingin sekali keluar dari kolong meja yang sempit juga ruang gerak terbatasi.
Namun jika Raline keluar dan membawa Reyn pergi, Tasya pasti akan mengadukan hal ini pada pamannya dan mereka akan terkena imbasnya.
Raline bimbang memikirkan cara mengeluarkan Reyn dari sana. Namun ada yang lebih membuatnya bertanya-tanya, bagiamana bisa Reyn tidak merespon panggilan darinya? Reyn juga terlihat seperti pulas dalam tidurnya?
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Batin Raline bertanya-tanya
Raline mengambil ponsel mengirim pesan pada Alana,
Reyn pingsan, aku akan membawanya keluar tapi tolong ulur waktu sehingga Tasya tidak ke kamar.
Pesan pun terkirim, tak lama pintu juga terbuka. Kali ini langkah kaki Tasya terdengar menjengkelkan. Dia bahkan menghentak-hentakan langkah yang membuat hidung Raline merasa gatal dan ingin bersin.
"Tahan tahan tahan." Ucap Raline dalam hati.
Tetapi sekuat Raline menahan bersin, panggilan alam itu keluar juga. Raline benar-benar merutuki kebodohannya.
Tasya menyingkap selimut memastikan itu benar-benar suara yang berasal dari dalam.
"Reyn?"
Dari bawah Raline bisa merasakan jika saat ini Tasya sedang duduk diatas ranjang.
"Itukah suara mu? Tapi bagaimana mungkin?"
Mendengar nada kebingungan Tasya, Raline menyalakan ponsel untuk merekam apa yang akan dikatakan Tasya untuk dijadikan barang bukti jika suatu saat diperlukan.
"Obat tidur itu akan bekerja dalam waktu sepuluh jam, dan kamu tertidur baru beberapa menit." Ucap Tasya lagi.
Tasya mengelus pipi, memutar-mutar jemarinya disana sambil menatap lekat wajah tampan itu.
"Tetap tidur hingga aku puas bersama mu sayang, aku akan kembali setelah gadis itu pulang."
Tasya kembali kemeja belajar mengambil beberapa tumpuk buku dan seketika pintu tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Teen FictionRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...