fuck you!

687 26 0
                                    

Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!!!

************************************

Pi Olga menghela nafas pelan menilik wajah tuannya yang tidak bersuara.

"Tuan Dave kamu tidak apa-apa?"

"Hmm," Dave memberikan mangkuk  pada Pi Olga. "Aku harus pergi."

Dave terlihat buru-buru mencari jaket juga kunci mobil. Dan Pi Olga membantunya mencari itu semua.

"Jaga dirimu baik-baik, kabari kalau terjadi sesuatu." Ucap Olga menahan genangan air mata.

Wanita paruh baya itu memeluk Dave mengelus bahunya untuk memberi dukungan.

Mereka berdua sama-sama keluar kamar untuk mengantar Dave sampai di depan. Sepanjang langkah tidak sedetik pun Olga melepas tangan Dave. Dia terus menggandeng layaknya putranya sendiri.

"Bawalah tuan Reyn kembali." Ucap Olga melambaikan tangan.

Mobil melaju secepat kilat, Dave terlihat buru-buru entah kemana dia akan pergi. Olga sangat khawatir dengan keadaannya saat ini karena amarah tengah menguasai.

"Tuhan jaga kedua putra majikan saya."
Olga kembali kedalam dengan perasaan yang tidak menentu.

---

Tok..tok..tok...

Ketukan pintu cukup keras membuat pemilik apartemen ingin mengumpat pada tamu yang datang di tengah malam. Ia berjalan sempoyongan kearah pintu.

"Dave," ucap pria tersebut mengucek mata

Dave nyelonong masuk sebelum pemilik mempersilahkan, wajahnya terlihat tidak bersahabat dengan tangan mengepal.

Sudah tiga kali Gilbert melihat Dave berjalan mondar-mandir tanpa mengatakan tujuannya datang malam-malam.

Ia geram hingga akhirnya menepuk bahu itu cukup keras.

"Duduk dan ceritakan," pintanya mendorong bahu itu duduk di sofa.

Dave terdiam, menutup wajah dengan helaan kasar. Terlihat dari caranya menatap, Dave sedang dikuasai amarah.

"Lacak keberadaan David hari ini."

Gilbert membulatkan mata menatap Dave dengan penuh teka-teki.

"Oke." Gilbert menyalakan laptop sambil menunggu menyala dia mengecek ponsel.

"Tiga panggilan tak terjawab," ucap Gilbert melirik Dave. "Sorry aku baru sampai dan lupa menyalakan ponsel."

Gilbert mulai mengecek keberadaan David melalui kamera pengintai yang ia pasang di mobil David.

Semua rekaman tidak menunjukan tanda-tanda mencurigakan tetapi lokasi keberadaannya membuat Gil tidak bisa berkata-kata.

Gil ragu memberitahu pada Dave karena itu akan membuatnya semakin marah tetapi jika ia hanya diam, Dave akan semakin penasaran.

Dan benar, rasa penasaran Dave sangat tinggi dia merebut laptop melihat dimana lokasi David saat ini.

"Bukankah ini kawasan hotel milik papa ku?"

Gilbert mengangguk,

"Untuk apa mereka disana?"

"Mereka?" Ulang Gil

Dave menyerahkan laptop ke tangan Gil dan bergegas keluar. Gil yang merasa akan terjadi peperangan langsung mencegah tangan Dave menahannya untuk tidak pergi.

"Kedatangan mu kesana akan mengacaukan rencana yang sudah kita susun rapi." Jelas Gilbert memperingatkan sahabatnya.

Dave melepas tangan Gil dengan kasar, mereka beradu pandang satu sama lain.

TogetheRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang