Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini
************************************
Rumah sakit...
Yeslin berjalan mondar-mandir menunggu dokter keluar dari ruang instalasi gawat darurat. Ia terus menggigit jarinya menetralisir degub jantung.
Sudah satu jam penanganan di dalam namun belum ada tanda-tanda rekan medis akan keluar.
"Mama,"
Kenzi memeluk tubuh ibunya berusaha menenangkan hati yang sedang cemas.
"Bagaimana keadaan papa?"
Yeslin hanya bisa menggeleng lemah, dia sendiri tidak tahu keadaan suaminya didalam sana.
Kenzi menuntun sang ibu duduk dan menunggu hasil dari dokter, tangannya terus menggenggam tangan sang ibu memberinya kekuatan.
"Sebenarnya apa yang terjadi ma?"
Yeslin tidak sanggup menceritakan masalah yang sedang dihadapi, hanya lewat air mata dia menunjukan ketidaksanggupannya.
Kenzi pun memaklumi hal itu, dia kembali membawa tubuh Yeslin kedalam pelukan.
"Tante, bagaimana keadaan ayah?"
Mendengar suara anak tirinya, Yeslin melepas pelukan. Ia berdiri mensejajarkan tinggi dengan Raline dan langsung menamparnya.
Plak..
"Ini semua gara-gara kamu, anak sialan! Jika saja kau tidak berurusan dengan keluarga Kefeller semua ini tidak akan terjadi!"
"Mama, tahan jangan emosi."
"Bagaimana mama bisa menahannya, gadis sampah ini penyebab semua masalah di keluarga kita!"
Kenzi mempererat pelukan, membisikan sesuatu di telinga Yeslin.
"Ini rumah sakit ma, suara mama akan mengganggu pasien lain."
Yeslin yang sudah sangat emosi, melepas kasar pelukan sang putra. Ia membawa tubuh Raline berdiri dan kembali menamparnya.
Yeslin juga menarik rambut dengan kencang hingga kepala Raline menengadah.
Raline pasrah, dia hanya bisa nyengir menahan sakit.
"Sakit hah! Ini tidak sebanding dengan rasa sakit hati saya!"
"Mama!"
Habis sudah kesabaran Kenzi, dia membawa sang ibu pergi dengan menariknya kuat.
"Kenzi! Lepaskan! mama harus memberi pelajaran pada anak sampah itu."
Kenzi menuli, dia tetap membawa ibunya pergi dari sana sebelum satpam mengusir mereka.
Di tempat tidak jauh dari posisi Raline saat ini, Alana berdiri menyaksikan bagaimana Raline mendapat kekerasan. Gadis itu ingin menolong tetapi tidak memiliki hak ikut campur.
Terlebih, putranya bisa mengatasi keadaan yang memanas.
Setelah ibu dan anak itu pergi, Alana mendekat menolong Raline yang masih terisak memeluk kedua lututnya.
Alana mendekap memeluk tubuhnya erat, ia tahu bagaimana perasaan Raline saat ini.
Raline menoleh merasakan tangan seseorang tiba-tiba memeluknya, tangannya bergerak menghapus jejak air mata melihat Alana berjongkok demi menenangkannya.
"Alana,"
"Kenapa di hapus? Semua orang berhak menangis."
Raline tersenyum kecut, berusaha memasang wajah ceria seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Teen FictionRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...