Tekan tanda ⭐ dipojok kiri bawah untuk melanjutkan part ini!!!
************************************
Selepas Reyn dan Raline pergi, Dave masih berdiri memperhatikan Alana mengemasi barang bawaan. Sekali pun ia tidak berniat membantunya meski Alana sudah memberi kode.
Dasar ngga peka!
Omelan yang hanya sampai di tenggorokan, Alana menenteng beberapa tote bag menyusul Dave yang berdiri di dekat mesin capit.
Lama kelamaan Dave tidak tega melihat wajah lelah dari gadis yang masih memasang wajah cemberut. Tangannya meraih semua tote bag lalu mengulurkan lengan agar tangan Alana bisa menggandengnya.
Serius? Ini kak Dave meminta gandengan?
Alana memasang wajah cengo memperhatikan gerakan tangan itu.
Dave menyadari tatapan kosong gadis di sebelahnya, ia memutus tatapan dengan berdehem pelan.
"Emm kak, aku...."
Belum selesai Alana berbicara suara perut sudah mengganggu. Dave terbahak-bahak mendengar suara yang tidak di undang. Sedang Alana merutuki suara perutnya.
Dave segera membawa Alana ke sebuah restauran yang terletak dilantai tiga.
"Kalau mau pergi setidaknya isi perut."
Dave memberi peringatan layaknya kakak kepada adiknya yang hanya di balas senyum tipis.
Saat ini mereka berada di sebuah restauran yang menyediakan makanan ringan. Dave tahu jika Alana sangat menjaga menu makan ketika malam hari.
Dave memilih menu sedang Alana masih terdiam melihat sikap Dave yang mulai menghangat.
"Ada yang salah?"
Alana menggeleng, mengedipkan mata berulang-ulang.
"Kenapa menatapku seperti itu?"
"Engga papa, aku senang kamu kembali perhatian."
Dave berdehem, tenggorokannya terasa kering membuatnya salah tingkah.
"Aku ke toilet dulu."
Alana melebarkan senyum menatap punggung Dave menuju toilet. Ia segera mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.
Dalam detik pertama panggilan langsung mendapat jawaban.
"Reyn! Dia kembali."
Rasanya Alana ingin berteriak karena terlalu bahagia, ia harus memelankan suaranya takut jika Dave mendengar.
"Maksudnya?"
"Kak Dave! Dia menjadi sosok dirinya yang ku kenal."
"Oh, bagus dong."
"Emm menurutmu setelah ini dia bakal mengajak ku kemana?"
"Ngga tahu!"
"Aish! Ayo dong tebak."
"Males! Oke have fun. Aku juga lagi nunggu Raline bangun."
"Emang kalian dimana?"
Tut..tutt.tutt..
Panggilan terputus, Reyn memiliki kebiasaan buruk selalu memutus panggilan sepihak sebelum Alana selesai bicara.
Sekian lama menunggu Dave, makanan sudah tertata rapi diatas meja. Pria itu sudah kembali dengan raut yang berbeda.
"Kenapa ngga dimakan?"
"Nunggu kakak."
Dave tersenyum mendudukkan bokongnya lalu menyantap makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Teen FictionRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...