Tekan tanda ⭐ di pojok kiri bawah untuk bisa melanjutkan part ini!
***********************************
Disebuah perpustakaan kota, Raline mencari beberapa buku yang dapat membantunya belajar. Tangannya memilah buku mana yang ia perlukan sampai tidak sengaja tangannya menyentuh tangan orang lain.
"Ma-maaf."
Pria itu hanya memamerkan senyum sempurna karena kesalahan yang dilakukan Raline tidaklah fatal. Namun lama kelamaan tatapan si pria terlihat tidak biasa dengan memandangnya tanpa berkedip.
Raline sampai harus memutus tatapan tersebut dengan melambaikan tangan.
"Oh maaf maaf,"
Dia terlihat malu karena menatap begitu intens bahkan tengkuk leher menjadi incaran untuk menepis rasa tersebut.
"Emm sepertinya wajahmu tidak begitu asing, kita pernah bertemu sebelumnya."
Raline menaikan satu alis mendengarnya, pria yang ada di depannya saat ini belum pernah ia temui dimana pun.
"Oh iya aku ingat sekarang, kamu gadis yang dibawa Reyn pada saat pesta Alana semalam."
Reyn? Apa dia sangat familiar sehingga banyak orang yang mengenalnya?
"Kalau tidak salah, kau kekasihnya?"
Raline langsung membantah dengan menggelengkan kepala berusaha untuk menjelaskan namun suaranya harus tertunda karena pria di depannya kembali bersuara dengan mengulurkan tangan.
"Aku Dave,"
"Kita juga pernah bertemu beberapa kali, saat di halte dan lampu merah." Lanjutnya lagi
Sejak tadi Raline hanya bisa diam dan bersuara dalam hati, dia mencoba mengingat semua kejadian yang diceritakan oleh Dave.
Melihat Raline yang sejak tadi tidak merespon satu patah kata, Dave merasa canggung kembali menggaruk tengkuk kepalanya. Matanya bertabrakan dengan sesuatu yang ada ditangan Raline.
Sebuah buku materi IPA yang ditulis oleh profesor terkenal.
"Aku tahu letak buku yang kamu cari. Di sebelah sana,"
"Tunggu!"
Dave kembali menoleh ada kerutan pada dahi ketika Raline mencegahnya.
"Maaf merepotkan, tapi saya bisa mencarinya sendiri."
Dave hanya membulatkan bibir, sebersit senyum terlintas dari sudut.
"Saya dan Reyn bukan sepasang kekasih, jadi tolong jangan sangkut pautkan saya dengannya lagi. Permisi."
Langkah Raline sangat tergesa, dia harus keluar dari sana secepatnya. Bukan tanpa alasan, Raline tidak mau berurusan dengan Reyn terkait hubungan pura-puranya.
Raline takut jika semua orang percaya dengan semua ucapan Reyn, maka akan mengganggu konsentrasi belajarnya.
Status sosial mereka berbeda, Reyn terlahir dari keluarga kaya raya sedang Raline hanya keluarga biasa. Terlebih hubungan orang tuanya dulu adalah sebuah kesalahan.
Raline cukup tahu diri untuk menempatkan hatinya. Dia tidak mau dipandang rendah oleh orang lain, cukup ibu dan kakak tirinya saja yang mengejeknya.
Sampainya dikasir, Raline menaruh dua buku tersebut dan langsung membayarnya.
"Total semua lima ratus ribu."
"Lima ratus ribu?" Ulang Raline mencoba memperjelas ucapan wanita yang duduk dikasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
TogetheR
Teen FictionRaline Joozher seorang anak yang lahir dari kesalahan kedua orang tua membuat masa depannya terbebani. ia harus tinggal di lingkaran keluarga berada dengan bekal pengalam minimum. hingga suatu ketika bertemu pangeran berwatak iblis yang mengubah se...